Makam Arung Palakka
Makam Arung Palakka

Penulis ingin menyampaikan satu pengalaman cukup menarik ketika berkunjung ke makam La Tenri Tatta To Unru Aru Palakka Matinroe Ri Bontoala di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan pada tahun 2010 silam.

Daftar isi artikel Sosok Gaib Di Makam Aru Palakka Matinroe Ri Bontoala Gowa:

Sekilas Kisah Sang Tokoh

Sosok Gaib Di Makam Aru Palakka Matinroe Ri Bontoala Gowa - Ketika La Tenri Tatta' Aru Palakka Petta Malampe'e Gemme'na bekerjasama dengan Belanda dalam upaya menaklukkan Kerajaan Gowa beserta sekutunya pada Perang Makassar, menjadikan posisinya dalam catatan sejarah menimbulkan dilematika.

Aksinya yang membawa bangsa asing memerangi bangsanya sendiri itu dianggap suatu tindakan penghianatan sehingga dalam masa Order Baru La Tenri Tatta' yang dikenal sebagai Puwatta Malampe'e Gemme'na dicitrakan sebagai seorang "Penghianat Bangsa" seperti tertuang pada mata pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) yang diajarkan pada SD, SMP dan SMA pada masa Orde Baru.

Namun seiring berakhirnya masa Orde baru, cap sang "Penghianat Bangsa" atas kerjasamanya dengan VOC dalam menaklukkan Gowa beserta sekutunya pada Perang Makassar perlahan-lahan terkikis dan terhapus. Tidak seorangpun dari sekian ahli sejarah dapat membuktikan secara riil penghianatan Arung Palakka. Jika dikatakan sebagai "Penghianat Bangsa Indonesia", menurut mereka bagaimana mungkin seorang tokoh yang hidup pada abad 18 "dapat menghianati BANGSA YANG BELUM ADA pada masa itu dan Cap "Penghianat Bangsa" bagi Petta Torisompae sangat tidak logis karena tidak sesuati dengan ruang waktu dan sejarah yang menjadi latarnya.

La Tenri Tatta' Aru Palakka' Petta Torisompae Mangkau Bone ke 15 itu terbaring dalam makam di Bontoala itu dan di tempat itulah yang menjadi singgasana terakhir bagi Aru Palakka'. Lelaki yang merupakan putra terbaik Bone, Palakka dan Mario pada zamannya.

Namun kiprahnya pada masa lampau itu selalu dalam kenangan bagi setiap generasi Bugis. Namanya akan terus bertahta dalam sanubari generasi muda Bugis yang lahir dan tumbuh bergantian dari masa ke masa hingga akhir zaman.

Dan sosoknya sebagai seorang hero, pembela dan pembebas negeri Bugis dari penindasan negeri lain akan terus terpampang di manapun yang disenangi kaum muda generasi Bugis di seluruh dunia yang mengidolakannya.

Masa hidup La Tenri Tatta To Unru berlangsung dalam abad ke 17 Masehi, namun hingga kini sosok La Tenri Tatta To Unru masih lekat dalam benak pemuda pemudi Bugis.Di kalangan muda mudi Bugis nama La Tenri Tatta To Unru lebih tenar dengan gelar Aru Palakka atau Petta Malampe'e Gemme'na. Gambar wajah dan tubuh La Tenri Tatta To Unru yang bertelanjang dada dengan rambut panjang terurai menjadi satu semangat juang.

Wajah La Tenri Tatta To Unru dengan tulisan nama "Aru Palakka" dikemas berupa sticker sering kali tampak menempel pada dinding luar kendaraan roda dua atau roda empat.

Dari sekian banyak raja yang memerintah dan berjuang membela dan mempertahankan Bone dan bergelar Aru Palakka, yang diidolakan hanya Aru Palakka Petta Malampe'e Gemme'na. Dengan melihat kenyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa meski La Tenri Tatta To Unru "Aru Palakka" sudah dikebumikan ratusan tahun silam namun sosoknya masih memilki tempat tersendiri seolah ada ikatan batin dengan pemuda Bugis di manapun mereka berada.

Dan ikatan batin tersebut akan terus ada dari masa ke masa terutama pada orang yang memiliki hubungan pertalian darah walau hanya sedikit dengan La Tenri Tatta To Unru. Sehingga walau sudah mendiang ratusan tahun silam namun melalui ikatan batin tersebut, La Tenri Tatta Aru Palakka Matinroe Ri Bontoala bertahta di sanubari orang-orang yang merasa memiliki kedekatan dengannya. Seperti seseorang yang selama ini tidak mengenal betul siapa yang dimaksud "La Tenri Tatta Aru Palakka Matinroe Ri Bontoala" tersebut.

 

Ziarah Ke Makam

Penulis baru pertama kali megnetahui bila makam beliau terletak di Kabupaten Gowa. Padahal ketika mengajar di kabupaten itu tahun 1990 penulis betul-betul tidak mengetahuinya. Itupun secara tidak sengaja ketika suatu sore penulis yang duduk di samping sopir angkot Makassar-Gowa melintasi jalan menuju Sunggu Minasa Gowa, menoleh ke kiri dan melihat pintu gerbang bertuliskan "Makam Arung Palakka."

Apa yang penulis lihat itu penulis sampaikan pada sopir angkot juga pada sanak keluarga yang sudah lebih dari 30 tahun bermukim di Kabupaten Gowa. Namun jawaban mereka bahwa mereka juga baru mendengar bahwa mereka juga baru mendengar hal itu dari penulis. Saat itu penulispun berpikir, "Sungguhkah makam tersebut kurang dikenal orang?"

Sebenarnya penulis ingin segera ke rumah nenek namun mengingat itu satu kesempatan buat penulis berziarah ke makam La Tenri Tatta Aru Palakka Petta Matinroe Ri Bontoala. Maka malam itu penulis sengaja menginap di rumah sanak keluarga tersebut dan keesokan harinya penulis sempatkan untuk singgah berziarah ke makamnya.

Dengan dibimbing juru kunci makam, penulis memasuki makam tersebut dan mengirimkan doa untuknya. Saat itu rasanya seperti ada yang menemani padahal penulis ditinggalkan oleh juru kunci makam.

Setelah itu penulis melakukan pemotretan dengan ponsel kamera Nokia berkali kali. Pada saat itu juru kunci makam mengabarkan jika ia memiliki naskah tentang Aru Palakka yaitu Sinrili Kappala Tallumbatua dan memperlihatkan pada penulis. Setelah itu dengan dibonceng motor penulis bergerak menuju terminal yang ada di kabupaten tersebut.

Saat yang memboneng pergi meninggalkan penulis, mulai terasa ada kejanggalan pada tubuh penulis. Punggung terasa berat seolah mendapat tekanan dan beban ratusan kilogram. Demikian pula kaki susah digerakkan, kepala pun terasa berat, sementara perut terasa amat lapar. padahal rasanya perut masih sarat dengan makanan yang baru 2 jam lalu mengisinya. Keringat dingin mengalir disekujur tubuh. Akhirnya dengan sempoyongan penulis bergerak menuju angkutan antar kota yang sedang parkir dan saat itu sopirnya juga datang membukakan pintu.

Sopir itu berkata, "Silahkan masuk, duduk di mana saja karena masih lama baru mobil berangkat. Atau sebaliknya duduk di terminal saja, di dalam mobil ada panas matahari, kepanasan nanti."

Namun penulis yang sudah tidak kuat berjalan, berkata, "Tidak apa, biar saya duduk di depan kena matahari juga bagus karena badanku kedinginan."

Selanjutnya penulis menikmati hangatnya sinar mentari yang menurut orang lain mungkin ini tindakan bodoh, berada dalam mobil sendirian dengan pintu tertutup rapat tentu rasanya sangat panas. Namun itulah yang terjadi. Tepat jam dua siang, sopir mobil bersama sejumlah penumpang memasuki mobil dan sejenak kemudian mobil pun bergerak meninggalkan terminal tersebut.

Sepanjang jalan penulis hanya bersandar menikmati perjalanan dengan tubuh masih lemas. Sekitar 1,5 jam kemudian mobil memasuki halaman restoran tradisional di Kabupaten bernama Jeneponto. ketika memasuki halaman restoran dan melihat menu makanan yang terpampang pada dinding lemari kaca penyedia makanan yang terletak di bagian kanan depan restoran tepatnyapad pintu masuk, penulis pun memesan satu porsi menu masakan Makassar yaitu Pallu Konro (Sup Tulang).

Hari itu penulis dapat memakan dengan lahap seolah baru menemukan makanan setelah tidak makan selama beberapa hari. Ketika merasa sudah cukup kenyang penulis menghentikan menyantap makanan penuh kalori itu. Saat itu penulis baru menyadari bahwa itu adalah salah satu menu makanan yang sudah bertahun-tahun tidak penulis berani memakannya mengingat usia juga menghindari penyakit.

Selanjutnya dengan sedikit malu penulis meminta pada penyedia makanan agar membungkus untuk dibawa pulang. Sisa sup itu pun dibungkus dan si penyedia makanan menambahkan beberapa potong daging dan tulang lagi serta bumbunya.

Tidak lama kemudian kami meninggalkan restoran. Setelah memasuki mobil baru terasa ada tenaga dan badan pun tidak menggigil lagi. Namun rasanya ada seseorang yang berada antara penulis dengan sopir mobil yang tidak tampak oleh mata. Rasanya seperti sosok lelaki gagah dengan tubuh atletis.

Perasaan itu penulis alami selama berhari-hari ketika berada di rumah tante di Bulukumba. Kadang penulis bertanya pada ibu atau tante apa mereka melihat kalau ada sosok lelaki atletis tanpa mengenakan penutup badan bagian atas di rumah itu, yang kadang terasa bergerak melintasi ruang tengah dari arah kamar kecil dan dapur terus ke ruang tamu. Namun mereka semua tidak merasakan apa yang penulis rasakan.

Menjelang pertengahan November 2012 jam 3 dinihari, usai shalat malam penulis iseng membuka file foto-foto di makan Aru Palakka tahun 2010 lalu. Saat itu terasa ada angin lembut melintas di tengkuk penulis padahal berada dalam kamar tertutup tanpa alat pendingin. Dan dari salah satu foto tersebut terdapat fenomena beberapa wajah manusia.

Mungkin bayangan tersebut sudah ada sejak awal namun baru penulis dapat perhatikan pada saat membuka file foto-foto untuk kelengkapan naskah persiapan buku kisah Aru Palakka sesuai apa yang ditulis para penulis sejarah. Yang rencananya dibuat dalam beberapa bab dan salah satu bab berisi cuplikan naskah Kisah dalam Sinrili kappala Tallumbatua.

Dengan munculnya fenomena pada makam tersebut penulis memberi judul buku yang akan diterbitkan yaitu: Singgasana Aru Palakka Matinroe ri Bontoala. Penulis pun berharap jika ada yang mensupport dana pencetakan buku, maka buku akan segera diterbitkan. Aamiin ya Rabbal aalamiin.

Adapun maksud menyampaikan hal ini pada Kami adalah selain sebagai bahan tulisan di blog juga mengharapkan mungkin di blog Misterig ada yang dapat memberi petunjuk dari pakar Supranaturan yang dapat mengetahui dengan nalurinya apa maksud bayangan wajah pada makam Yang Mulia La Tenri Tata.

 

Lukisan Arung Palakka
Lukisan Arung Palakka
Di sisi lain, dengan dimuatnya kisah ini membuat Drs. Bahtiar Hafid pelukis supranatural Aru Palakka akan semakin yakin bahwa Aru Palakka Matinroe ri Bontoala, bukan penghianat seperti yang yang kurang dipahaminya selama ini, bahkan Bahtiar dalam waktu dekat akan menemui Bupati Bone saat pengukuhan wajah Aru Palakka Matinroe ri Bontoala hasil lukisannya. Seperti diungkapkan pada Rabu, 8 Oktober 2013 ketika penulis berkunjung di kediamannya dalam area benteng Somba Opu Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Bahtiar Hafid
Bahtiar Hafid
Demikain kisah ini diakhiri, Insya Allah, apabila dimuat Blog Misterig dapat menambah minat generasi Sulawesi dimanapun berada untuk membaca blog Misterig yang selama ini dianggap media menyeramkan oleh sebagian orang.



Yasib, Nur Ismah.2014. Majalah Misteri Edisi 589. Jakarta: Yayasan Sinar Berdiri Jaya.