Bukit Bintang |
Misteri Bukit Bintang Darah Menstruasi Perawan Syaratnya - Adalah Bukit Bintang, yang berlokasi Desa Podomoro, Kabupaten Pringsewu. Tidak seperti umumnya tempat-tempat pesugihan yang lain, yang memakai tumbal nyawa. Disini, tumbalnya cukup menyediakan darah menstruasi pertama dari seorang gadis perawan.
Menurut Ki Sutejo, seorang spiritualis asal Kabupaten Pringsewu, penyediaan darah menstruasi pertama dari seorang gadis perawan itu, cukup sekali. Itu disediakan saat ritual dimulai.
"Selebihnya, hanya menyediakan sesaji selamatan saja, setiap malam Jumat Kliwon," terang Ki Sutejo.
Namun tentunya tidak mudah untuk mendapatkan darah menstruasi pertama seorang gadis perawan. Dan ini menjadi tantangan tersendiri, bagi orang atau pelaku yang ingin menjalani ritual mencari pesugihan di Bukit Bintang.
"Soal cara mendapatkannya terserah si pelaku. Yang penting bisa mendapatkan tetesan darah itu. Alternatifnya kalau kesulitan mendapatkan tetesan darah secara langsung, bisa juga mengambil pembalut yang bekas digunakan untuk menstruasi pertama seorang gadis. Ini cara yagn paling gampang," kata Ki Sutejo, yang pernah membantu orang-orang yang ingin menjalani ritual pesugihan di makam keramat Bukit Bintang.
Untuk tetesan darah yang sudah didapatkan, ditaruh ke dalam kantong plastik bersih. Sedangkan untuk yang memakai pembalut, bisa dicampur dengan sedikit air, lalu diperasi. Dan perasannya juga dimasukkan ke dalam kantong plastik.
Selanjutnya, kantong plastik yang berisi darah menstruasi pertama ini dibawa ke makam keramat yang berada di Bukit Bintang, sebagai syarat sesaji utama. Ditambah dengan sejumlah sesaji lain yang juga tak boleh dilupakan.
Tak ada yang tahu apa alasan gaib makam keramat di Bukti Bintang meminta syarat berupa darah menstruasi pertama seorang gadis perawan. Yang pasti dengan syarat ini kekayaan bisa didapat.
Untuk sesaji lain yang harus disediakan diantaranya adalah kembang telon, kembang suwur, kinang komplit, rokok merk sintren 1 bungkus, bedak cewiun, minyak duyung 1 botol dan kemenyan arab 1 bungkus.
"Untuk ritualnya harus dilakukan pada malam Jumat Kliwon. Disini, semua sesaji harus dibawa dan diletakkan di atas pusara makam keramat Bukit Bintang. Dilanjutkan dengan doa khusus, yang bertujuan meminta pesugihan," beber Ki Sutejo.
Setelah doa dipanjatkan, si pelaku pesugihan diwajibkan untuk bersemedi hingga pagi harinya. Biasanya dalam semedi itu akan muncul petunjuk, apa yang harus dilakukan, agar kekayaan dapat segera diperoleh.
"Kalau petunjuk itu muncul, berarti ritualnya diterima. Tapi kalau tidak, maka harus diulang lagi di hari yang lain. Sebab, ritualnya dianggap gagal dan penunggu gaib makam keramat Bukit Bintang tidak berkenan," terang Ki Sutejo.
Bagi yang permohonannya dikabulkan, maka dalam waktu sekejap kekayaan akan didapat. Berangsur-angsur, usaha yang dirintis akan menghasilkan banyak keuntungan dan menjadi lebih besar.
"Intinya ritual pesugihan disini, harus ada usaha. Kalau tidak punya usaha ya tidak bisa. Sekecil apa pun harus ada, karena kekayaan itu muncul melalui usaha yang digeluti," jelas Ki Sutejo.
Setelah kekayaan berhasil di dapatkan selanjutnya si pelaku pesugihan harus menjalani ritual pemberian sesaji setiap malam Jumat Kliwon. Sesaji yang harus disediakan ini ada dua jenis. Yang pertama ditaruh di dalam kamar khsusu, dan yang kedua dibawa ke makam keramat Bukti Bintang.
Untuk sesaji yang diletakkan di dalam kamar khusus, diantaranya adalah tumpeng kecil lengkap dengan lauk ayam ingkung, kopi pahit, kopi manis, teh pahit, teh manis, jajan pasar, pisang emas dan pisang raja. Sedangkan untuk yang dibawa ke makamkeramat Bukti Bintang, sama persis dengan sesaji yang dibawa saat ritual pertama dilakukan. Tapi disini, tanpa tetesan darah menstruasi lagi.
"Jadi tetesan darah menstruasi pertama gadis perawan itu cukup disediakan sekali. Selebihnya tidak perlu lagi," ujar Ki Sutejo.
Untuk masing-masing sesaji, baik yang dibawa ke makam keramat Bukit Bintang maupun yang diletakkan di kamar khusus, harus diberi alas tampah, atau tempat yang terbuat dari anyaman bambu.
PANTANG SELINGKUH
Sama seperti di tempat ritual pesugihan yang lain, disini juga terdapat kontrak gaib. Kontrak gaib ini tergantung dari kesepakatan antara si pelaku dengan arwah makam keramat Bukit Bintang. Paling cepat setahun, paling lama sampai tiga tahun.
Artinya, selama perjanjian kontrak berlangsung, kekayaan si pelaku ritual akan mengalami peningkatan pesat. Dan selama itu pula, sesaji rutin harus terus disediakan setiap malam Jumat Kliwon.
"Tidak boleh sampai lupa. Kalau sampai lupa sekali saja, resikonya kekayaan tidak akan datang lagi. Sebaliknya, justru berangsur-angsur harta yang sudah didapat akan terus berkurang," kata Ki Sutejo.
Selain itu, ada juga pantangna bagi pelaku pesugihan ini. Sepanjang hidupnya, mereka tidak boleh berselingkuh. Entah itu dengan wanita, bujangan atau pun istri orang. Mereka juga tidak boleh memetik bunga mawar.
"Dua pantangan ini tidak boleh dilanggar. Sebab, kalau sampai dilanggar, bukan saja menghentikan kekayaan, tapi si pelaku akan menderita sakit-sakitan hingga meninggal dunia," ungkapnya.
Menariknya lagi, meski perjanjian atau kontrak gaib hanya berlangsung satu hingga 3 tahun, tapi kekayaan yang sudah didapatkan tidak akan berkurang setelah itu. Kekayaan yang sudah didapat akan tetap awet selama si pelaku ritual tidak melanggar larangan.
"Berbeda dengan kebanyakan pesugihan jenis lain, dimana harta yang sudah didapat berangsur-angsur berkurang setelah kontrak gaib berakhir," terang Ki Sutejo, begitu meyakinkan Penulis.
Penulis Di Bukit Bintang |
Perihal keberadaan makam keramat yang akhirnya menjadi lokasi mencari pesugihan, bermula sekitar 2000-an. Di mana saat itu, seorang pria datang ke lokasi ini, untuk meminta harta kekayaan. Sang pria saat itu tengah terlilit masalah ekonomi yang begitu berat. Harta bendanya ludes tak tersisa. Bahkan hutangnya sangat banyak, mencapai ratusan juta rupiah.
"Di tengah keputusasaan, dia mendatangi guru saya dan meminta bantuan untuk keluar dari masalah yang sedang dihadapi," cerita Ki Sutejo, yang enggan menyebutkan identitas gurunya.
Setelah melakukan semedi, akhirnya guru Ki Sutejo mendapatkan petunjuk. Pria itu kemudian diminta untuk mencarikan darah menstruasi pertama dari seorang gadis yang masih perawan. Untuk lebih josnya lagi, jika darah menstruasi yang digunakan adalah darah haid gadis ABG, yaitu antara 12-13 tahun.
Setelah darah menstruasi pertama berhasil didapatkan, dilanjutkan dengan melakukan ritual di makam keramat Bukit Bintang. Dimana dalam ritual itu, saat semedi berlangsung si pria mendapatkan petunjuk agar memasang nomor undian berhadiah.
Selanjutnya dengan uang yang masih tersisa, senilai 1,5 juta rupiah, si pria memasang empat angka sekaligus, yang dia dapatkan saat bersemedi. Dimana empat angka itu, keluar semuanya.
"Dia mendapatkan kemenangan yang luar baisa. Akhirnya dengan uang yang sudah didapat itu, dia mendirikan sebuah usaha. Hasilnya, usahanya terus berkembang pesat, dan dia mendapatkan banyak uang. Sejak itulah banyak orang yang percaya kalau tempat ini memang sangat mujarab untuk mencari pesugihan," cerita Ki Sutejo.
PERTAPA SAKTI
Melihat kemujaraban lokasi makam keramat Bukit Bintang, tentunya banyak orang penasaran untuk mengetahui latar belakang sosok ini. Dan menurut cerita dari beberapa narasumber terpercaya, dia adalah leluhir warga Desa Podomoro.
Konon, sekitar 870 tahun silam, daerah Desa Podomoro masih berupa hutan belantara. Ditengah-tengah terdapat sebuah gunung berbatu dan perbukitan yang sangat luas. Itulah sebab, dikemudian hari wilayah ini dinamakan Bukit Bintang.
Saat itu, datang rombongan orang-orang dari Tanah Jawa, tepatnya jawa Tengah ke desa ini. mereka adalah pemuka agama Hindu. Rombongan tersebut dipimpin oleh seorang pertapa sakti bernama Eyang Harya Kusuma.
Kedatangan Eyang Harya Kusuma ke wilayah Podomoro, adalah untuk menyebarkan agama. Juga untuk mencari tempat baru guna dibuat menjadi sebuah padepokan. Saat itu, Eyang harya Kusuma berhasil mendirikan sebuah padepokan dan membuka praktek pengobatan.
"Banyak orang yang berhasil disembuhkan oleh Eyang harya Kusuma. Hal ini berdampak pada jumlah pengikutnya yang bertambah besar. Orang-orang yang berhasil disembuhkan itu akhirnya memilih memeluk agama Hindu," terang Ki Sutejo.
Seiring waktu, wilayah Podomoro akhirnya berkembang. Orang-orang dari luar akhirnya mendirikan pemukiman di tempat ini. Sedangkan Eyang Harya Kusuma kemudian diangkat menjadi pimpinan desa kala itu.
Sampai suatu hari, Eyang Harya Kusuma berpesan kepada muridnya, untuk meneruskan penyebaran agama Hindu kepada warga disana. Dan pesan ini diikuti dengan niat Eyang Harya Kusuma untuk bertapa di sebuah gunung batu dan perbukitan, yaitu Bukit Bintang.
Selama beberapa tahun bertapa Eyang Harya Kusuma akhirnya meninggal dunia. Selanjutnya, oleh para muridnya jasad Eyang Harya Kusuma konon dimakamkan dikawasan gunung batu dan perbukitan, yaitu Bukit Bintang. Sejak itu, oleh para murid dan orang-orang yang yang mengenalnya, makam tersebut dikeramatkan.
"Mungkin karena semasa hidupnya suka membantu orang lain, akhirnya setelah meninggal pun banyak yang percaya arwah Eyang Harya Kusuma ini bisa memberikan pertolongan. Dan itu memang terbukti. Salah satunya dapat memberikan pesugihan," pungkas Ki Sutejo, menutup penuturannya kepada Penulis.
Wahab, Abdul. 2014. Majalah Misteri Edisi 589. Jakarta: Yayasan Sinar Berdiri Jaya.