Makam Mbah Onggo Wirowiro Diwongso
Makam Mbah Onggo Wirowiro Diwongso
Bukan hal aneh lagi bila makam-makam keramat selalu ada cerita penghuni gaib yang siap mengamankan lokasi petilasan, seperti makam tokoh popular di wilayah kabupaten Batang, yakni Wali Agung Onggo Wirowiro Diwongso atau bergelar Kyai Agung Cluluk, Desa Sidorejo, Kecamatan Warungasem, Kabupaten Batang. Konon, sosok lelembut berwujud macan bule siap mengawasi setiap gerak para pengunjung untuk senantiasa berlaku santun di area pasarean tersebut.

Kekeramatan Makam Mbah Onggo Wirowiro Diwongso - Berhajat di makam aulia satu ini berpantang untuk hal-hal yang menyalahi ajaran agama dengan berbuat menyimpang, pasti tidak akan terkabul karena sudah menjadi wasiat eyang bahwa doa restunya hanya untuk jalan kebenaran menuju kemuliaan hidup. Bila sampai terjadi pelanggaran maka tak aneh sering kita dengar banyak peziarah yang bercerita malahan ditemui sosok megnerikan dalam nyata atau mimpi selama nenepi.

Memang masih ada juga peziarah yang kurang mulia dengan memanjatkan hajat pangiwa yang berhaluan setan, padahal para aulia sangat mengharamkan perbuatan yang merusak norma-norma keislaman.

Makam sesepuh yang sekiranya hanya sebagai sarana menuju keesaan Tuhan, membersihkan baik raga maupun bathin memanjatkan doa lewat mengaji kitab suci Al Qur'an, beberapa ada juga menyimpang memohon pada jasad yang terpendam dalam balik nisan, itu jalan yang salah. Untuk itulah konon, kabarnya keberadaan sepasang macan bule misterius klangenan eyang Onggo Wirowiro Diwongso, menyeleksi ketat hilir mudik peziarah sesuai amanat.

Bagi yang menginginkan menyimpang, seperti minta nomor togel, mengirimkan ilmu hitam ke sesama yang dibencinya, atau minta pesugihan, pasti mendapatkan rintangan dari lelembut penjaga pintu gerbang yaitu Kyai Kopek Seta dan Nyai Kopek Seta. Biasanya lewat getaran-getaran power supranatural terpancar kuat meluluhkan hati atau membuat bulu kuduk merinding tak tertahan serta membuat nyali ciut untuk membatalkan niat tersebut, bahkan terkadang pula sampai menampakkan wujud aslinya berkeliaran di depan pintu cungkup makam.

Di areal pasarean ini ada empat makam tokoh inti yaitu, Mbah Onggo Wirowiro Diwongso yang berkerudung kain putih, Syech Subechi yang di perkirakan berasal dari negeri timur tengah, Syech Sidiq Khasan Baghdad yang lahir di bumi Irak sekarang, dan yang terakhir adalah trah dair kerajaan Mataram Islam Raden Bagus Jadiman.

Mereka bagian dair empat serangkai yang bersahabat serta mengembara bersama, juga mengislamkan orang-orang yang zaman dulu masih jarang dan kehidupannya terpisah-pisah dalam kesatuan kecil, tak aneh masih hamparan belantara yang belum bisa di manfaatkan untuk bermukim serta bercocok tanam guna mencukupi kebutuhan pangan keluarga.

Dari golongan bangsawan, cendikiawan, ahli agama juga ahli pertanian karena hidup di negeri agraris. Mengajarkan kepada tiap penduduk desa mengenal ilmu pertanian. Sejarah desa yang berada di sisi barat kabupaten Batang itu mulai menorehkan tinta emas awal mula menjadi hunian manusia, setelah mengalahkan komunitas makhluk jagad astral yang menolak hidup berdampingan dengan anak cucu adam.

Mereka berjalan dari arah timur yaitu negeri Mataram Islam yang menjadi pusat agama islam di tanah jawa waktu itu.


TATA CARA BERZIARAH

Tak hanya di makam-makam raja yang memiliki tata cara tersendiri dalam berziarah seperti misalnya di makam Imogiri Jogjakarta, semua pengunjung wajib mengenakan busana kejawen yang telah disediakan oleh penanggung jawab makam setempat. Begitu juga dengan Kompleks makam Wali Agung Mbah Onggo Wirowiro Diwongso in, memiliki keseragaman dalam pembacaan doa wajib sesuai yang diamanatkan ketika ngalab berkah.

Mbah Ramelan
Mbah Ramelan
Seperti apa yang dianjurkan oleh mbah Ramelan (67), bahwa di dinding makam telah ia tuliskan urutan bacaan khusus peziarah, dan emndapat kesepakatan dari panitia pengurus yang bertanggung jawab sepenuhnya termasuk menyelenggarakan khaul yang jatuh pada hitungan kalender jawa yaitu bulan Besar hari rebo manis (legi).

"Bacaan khusus tersebut saya dapat amanat langsung dari eyang, sewaktu saya dzikiran di makam," kata Mbah Ramelan yang senantiasa berpeci hitam.

Eyang Onggo Wirowiro Diwongso lewat pengalaman supra selama menjadi juru kunci makam selama ini sering menemuinya, Beliau bersosok lebih tinggi besar hampir dua meteran layaknya orang timur tengah jaman dulu, berpakaian serba putih dengan suara tegas, keras, dan berkarakter. Beliau pula yang mempercayakan dirinya sebagai kuncen dengan menemui langsung tengah malam bulan Ramadhan untuk mengurusi rumahnya (makam), sudah tak ada lagi yang mempedulikan.

Tidak sama halnya mungkin dengan para kuncen makam keramat lainnya yang biasanya menerima warisan berupa pusaka sebagai piranti. Mbah Ramelan tidak memiliki jenis apapun, hanya pesan Kyai Agung Cluluk Penunggule projo cukup dengan warisan amalan doa serta menjaga makamnya sudah cukup melebihi daya tuah ragam pusaka.

Sedangkan perjalanan mistis selanjutnya menjelaskan sosok Syech Subekhi, ini acap kali mendadak tampak berdzikir di dalam cungkup makam. Mbah Ramelan bila senja menjelang menyempatkan waktu untuk melihat kondisi makam. Keanehan muncul manakala pintu makam terkunci namun di dalamnya orang berpakaian serba putih khusyuk membaca doa serat memainkan biji-biji tasbih. Sosok misterius menoleh mengucap salam dan tersenyum. Mengulurkan tangan memperkenalkan diri sebagai Syech Subekhi, belum sempat hilang rasa heran sosok aulia tersebut menghilang dalam remang petang.

Syech Sidiq Khasan Baghdad, pernah singgah dalam alam mimpinya dengan memberikan amanat agar makam-makam diadakan khaul setiap tahun pada bulan Besar hari rebo manis. Berperawakan hitam manis, apntas sekiranya dengan orang dari daratan Arab.

Terakhir eyang Raden Bagus Jadiman dalam mistisnya berpakaian serba hitam dengan memakai blangkon gaya Mataraman, terkadang masih menampakkan diri di areal persawahan dengan menyamar sebagai petani atau penggembala jelang petang.

Putra Jawa asli terkenal sakti mandraguna serta memiliki ilmu kebatinan tingkat tinggi dengan berguru pada keturunan kanjeng Sunan Kalijogo di Kadilangu Demak. Wilayah desa Cluluk telah dulu di pagari dengan doa-doa yang tak mampu di tembus oleh ilmu tenung, yang di jamannya sangat santer di pakai orang jahat untuk membinasakan insan yang dianggapnya musuh, juga merusak hasil panen pertanian penduduk.

Mbah Jadiman memang memiliki banyak keahlian turun temurun yang diwarisinya dari leluhur kerajaan Mataram.


AJIMAT

Di daerah yang masih kental dengan nuansa pedesaan khas dengan hamparan pematang sawah, dan kehidupan masyarakat sekitar makam keramat ini banyak peziarah beruntung menemukan batu permata.

Batu-batu tersebut tergeletak di pusara makam yang hanya bertandakan tonggak kayu dan berkerudung kain putih, peziarah sebelum mendapatkan warisan piandel terlebih dulu mendapatkan firasat gaib lewat mimpi atau secara langsung bertemu dengan Kyai Agung Cluluk Penunggule Projo nama lain dari mbah Onggo Wirowiro Diwongso.

"Biasanya yang mendapat warisan ajimat batu permata pusaka dari eyang itu malah orang yang berasal dari luar desa ini," turut Ramelan Juru kunci makam wali agung.

Secara garis supranaturalis kesaktian Eyang Agung Cluluk Penunggule projo tersebut telah melindungi warga yang tinggal di zona desa Cluluk baik dari serangan ilmu hitam, masa pagebluk, juga restu bagi anak cucunya yang berakhlak mulia. Bisa kita lihat masyarakat desa terhitung ramah, serta santun meski pada orang yang baru di kenalnya.


RATUSAN IKAN MAS MISTERIUS

Belik Cluluk yang keberadaannya sudah ratusan tahun dan merupakan warisan tokoh terkenal penyiar agama Islam juga pembuka desa setempat, sampai saat ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan memasak. Airnya yang jernih kemilau tersebut tak pernah kering meski melewati musim kemarau panjang sekalipun. Tempat ini juga masih sangat dihormati karena menyimpan kekuatan mistis serta menjadi hunian makhluk jagad astral.

Bahkan, di tiap warga yang akan mengadakan hajatan baik pernikahan ataupun akan pergi merantau sering meletakkan aneka rupa bunga dan madni di belk cluluk yang terlindungi oleh pohon tunut besarnya tak genap lima rentang tangan orang dewasa.

Konon, di sendang cluluk tersebut sering muncul gerombolan ikan mas seukuran telapak tangan pada hari-hari keramat, Jumat kliwon misalnya. Tak ada yang tahu dari mana ikan bersisik kuning mas itu datang dan perginya, hanya saja yang pasti tidak ada yang berani mengambilnya karena takut terkena gangguan bangsa gaib.

Ulah remaja tanggung tetangga desa membawa petaka dengan beraninya mengambil ikan mas dari belik cluluk. Antok (bukan nama sebenarnya), remaja yang gemar memancing di sungai tak mengindahkan larangan warga yang tinggal di sekitar belik. Dengan mengendap-endap menjelang malam yang sepi berbekal senter dan jaring kecil ia memanen ikan seperti miliknya sendiri. Namun aneh, hingga menjelang subuh tubuh Antok berputar-putar di areal belik cluluk dengan menyandang karung putih kosong.

Ada yang berpendapat mistis berwujud ular dan ratusan ikan mas tadi merupakan khodam yang tertarik dengan kemuliaan Mbah Onggo Wiro Wiro Diwongso menjaga kelestarian lokasi dari ulah tangan-tangan jahat yang tak bertanggung jawab.

"Memang bukan cerita kosong semata, kejadian nyata bermula di malam jumat kliwon dan pada pagi harinya pun ikan-ikan mas yang berukuran siap konsumsi tersebut terlihat berenang," tutur Ramelan, Juru kunci pasarean wali agung.

Banyak yang menafsirkan dengan kemunculan ikan mas merupakan pertanda bahwa ke depannya masyarakat desa cluluk akan berhasil panen raya, karena di sana mata pencaharian utama sebagai petani. Bila yang muncul hanya ikan-ikan berwarna kelam seperti ikan kutuk, maka bisa diartikan panennya akan gagal total, musim paceklik yang menjadi mimpi buruk bagi para petani.

Belik Cluluk beralamat di desa Cluluk, Desa Sidorejo, kecamatan Warung Asem, Kabupaten Batang. Konon dahulunya merupakan tempat berwudhu ulama-ulama sakti yang telah dimakamkan di tempat yang tak jauh dari belik sekitar 50 meter, yaitu Eyang Onggo Wiro Wiro Diwongso, dan tiga sahabatnya yaitu Syech Subechi, Kyai Sidiq Khasan Baghdad, terakhir Raden Bagus Jadiman.

Menurut keyakinan masyarakat desa setempat, belik cluluk ini tercipta oleh sakti Kyai Onggo Wiro-Wiro Diwongso, memang di jamannya wilayah besar di batang sampai pekalongan berupa hutan belantara. Dari sekian banyak ulama yang berani membedah kewingitan hutan perawan adalah eyang Onggo Wiro-Wiro Diwongso, suatu ketika beliau ingin melakukan sembahyang sholat dhuhur, berputar ke semua penjuru untuk mencari air wudhu. Suatu kejadian aneh muncul bersamaan tersangkut dan terjatuh sorbannya ke tanah, di tariknya kain berwarna putih tersebut. Suara gelegar membelah bumi menyemburkan air jernih.

Lewat aji pameling memberikan kabar berita bagus juga mengundang ketiga sahabatnya yang juga kebingungan mencari air wudhu untuk segera datang ke tempatnya. Untuk itulah kemudian ia bergelar Kyai Agung Cluluk Panunggule Projo. Konon, sang kyai juga bermunajat barangsiapa yang nanti bersuci di sini apa yang menjadi permohonannya bakal terkabul dengan keikhlasan diri menyerahkan semuanya pada Allah semata.



Sidi, Guntur Purnomo. 2013. Majalah Misteri Edisi 568. Jakarta: Yayasan Sinar Berdiri Jaya.