Hatiku Terjatuh Di Teluk Awang
Gambar oleh Comfreak dari Pixabay
Hatiku berbunga-bunga saat bertemu dengan Dewi Anjani. Katakanlah, pada saat pertama kali berjumpa gadis pemberian Tuan Guru Jarot Mujitahit, untukku di Teluk Awang, Lombok Tengah, Nusa Tenggara barat ini, aku merasa seperti menggenggam separuh dunia. Ya, dengan spontan aku terbuai dan langsung terjatuh di hati Dewi Anjani. Gadis super cantik, yang kukatakan sebagai gadis tercantik di dunia. Arkian, gadis ini tentu saja menjadi dorongan semangat khusus bagiku. Bahkan menjadi pemacu usaha hingga aku sukses menaklukkan laut selatan Nusa Tenggara Barat. Tidak disangka, kisah cintaku dengan Dewi Anjani berakhir dengan tragis dan aku nyaris mati dibuatnya. Begini kisahnya.

Hatiku Terjatuh Di Teluk Awang - Dewi Anjani, pantas dikatakan mendekati sempurna, dia bukan hanya berwajah cantik, bertubuh seksi dan berkulit kuning langsat, tapi juga suaranya begitu lembut, merdu dan indah sekali. Ya, wanita sempurna yang baru itu aku temukan di kolong langit. Suaranya pun, semerdu suara Nabi Daud. maka itu, pada saat dia menyanyikan lagu dari langit untukku, burung-burung pun semua terhibur, senang, lalu mendekat dan hinggap di pohon di dekat kami.

Tapi sayang, wanita bernama Ratu Lara Dewi Anjani yang jeita ini bukanlah manusia biasa. Tetapi dia makhluk gaib bangsa jin. Jin wanita jelita penghuni Teluk Awang, teluk super indah di Samudera Hindia itu. Di laut sebelah selatan Kota Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara barat.

Tuan Guru Jarot menjadikan aku kelinci percobaan untuk menaklukkan Samudera Hindia di selatan Pulau lombok. Maka itu aku ditempatkan mulai dari Teluk Awang hingga ke Teluk Taliwang di Sumbawa Besar, Pulau Sumbawa.

"Kau tidak boleh pulang sebelum para gaib di daerah Nusa Tenggara Barat engkau taklukkan. Ingat, jangan pulang ke Jakarta sebelum laut selatan Lombok dan Sumbawa berada dalam genggamanmu. Untuk mendampingimu, kau aku berikan wanita cantik untuk menjadi istrimu. Gaulilah dia dan jadikan dia pendamping hidupmu selama berkelana di daerah itu," ungkap Tuan Guru Jarot, kepadaku, di bandara Soekarno Hatta saat mengantarkanku terbang ke bandara Selaparang, Lombok Barat.

Sesampainya di Kota Mataram. Lombok Barat, aku segera menyarter taksi menuju Kota Praya, Lombok Tengah. Setelah makan ayam taliwang di Cakranegara, aku langsung menemui Lalui Mujitahid di Praya. Aku mohon izin untuk bertapa di Pantai Kuta, Praya dan bermukim lama di Teluk Awang. Lalu Mujitahid adalah murid paling senior Tuan Guru Jarot yang menguasai ragam ilmu gaib, termasuk ilmu terbang dan ilmu panglimunan, ilmu menghilang dari pandangan manusia.

Setelah ngopi beberapa menit dan berbinang, aku diperkenankan melakuakn perjalanan ke luar kota Praya menuju Teluk Awang. Pada sebuah pohon angsana tua, aku minta diberhentikan oleh supir taksi dan membayar biaya sewa mobil sedan toyota altis warna merah tua milik Arman Maulana itu. Arman Maulana orang Bandung yang sudah puluhan tahun tinggal di Mataram.

Sejak usaha besi tuanya bangkrut, Arman menjadi sopir taksi gelap dengan mobil pribadinya yang tinggal satu-satunya itu. Sepanjang perjalanan aku ngobrol dengan Arman Maulana. Yang memudahkan aku, Arman Maulana ternyata mengenal Lalu Mujitahid dan tahu betul bahwa warga asli Lombok itu punya ilmu linuwih dan membantu pengobatan banyak pasien sakit parah.

Maka itu, aku tidak perlu mencari-cari alamat Lalu Mujitahid, Arman langsung mengantarkan aku ke rumah orang sakti mandraguna yang mumpuni tersebut.

"Pak Lalu Mujitahid itu juga banyak didatangi pejabat negara dan nasehat spiritualnya sangat ampuh. Bahkan beberapa pejabat Jakarta juga mendatangi rumahnya jika sedang dinas ke Nusa Tenggara Barat ini," desis Arman Maulana, kepadaku.

Setelah aku menyelesaikan pembayaran sewa taksinya, aku segera meninggalkan Arman Maulana dan Arman pergi meninggalkan Teluk Awang. Tetapi, sebelum kami berpisah, Arman Maulana meminta izin untuk bertemu denganku setelah sebulan aku bertapa di Teluk Awang. AKu memperbolehkannya dan Arman senang sekali setelah mendapat izinku.

Aku segera mencari tempat yang paling tepat untuk bersemedi. Alhamdulillah, aku menemukan sebuah gubuk di atas karang yang sudah reot dan tidak terurus Di situlah aku membentangkan tikar dan membuka ransel pakaian gantiku. Setelah berdzikir di situ, malamnya, wanita cantik kiriman Tuan Guru Jarot, datang kepadaku. Sejak itulah kami mulai bersama dan berhubungan suami-istri.

Ratu Lara Dewi Ratih Anjani adalah bangsa jin Al Awar dari Timur Tengah. Ratih Lara Dewi Anjani diperintah Raja Jin bangsa Al Awar, Azbadil Bagalling, untuk menjaga Gunung rinjani. Namun, aku diperintahkan gaib Mataram unutk menjaga Laut Selatan Lombok Tengah. Karena pertapaanku membutuhkan kekuatan gaib laut selatan, maka Lalu Mujitahid menjodohkan aku dengan Dewi Lara Ratih Anjani. Dan, aku pun lagnsung menikah dengan gadis cantik bangsa jin yang luar biasa wangi itu.

pernikahan itu sungguh indah dan membuat aku terbuai dalam mimpi. Kecantikan dan kemolekan tubuh Dewi Anjani, membuat aku sangat bahagia dan puas di ranjang. Dewi Anjani sangat pandai membuat kebahagiaan bagikut dan menyenangkanku saat berhubungan intim. Bahkan, Dewi Anjani jauh lebih pintar dari pada wanita-wanita bangsa manusia. Kami bersama di sebuah gubuk bambu di atas batu karang.

Dan di gubuk bambu itulah aku bersuami istri dengan Dewi Anjani. Kami makan hasil laut seperti kepiting, kerang, ikan dan rumput laut. Kami menyelam ke dasar laut selatan bersama, menonton keindahan karang laut dan ikan-ikan hias warna warni di dasar Samudera Hindia. Dengan dorongan Dewi Anjani, aku jadi mampu menyelam lama hingga sepuluh jam tanpa ambil nafas. Aku berenang di dasar laut bagaikan ikan, bernafas dengan insang. Persis orang yang sedang melakuakn aktifitas diving dan snorkling.

Setelah sebulan aku di Teluk Awang, guru spiritualku menginstruksikan bahwa tapa ku sudah selesai. Dengan begitu, aku harus kembali ke Jakarta dan praktek membantu orang. Membantu pengobatan segala macam penyakit, baik ringan maupun berat. Baik penyakit medis maupun penyakit non medis.

Namun entah kenapa, rasanya aku berat sekali meninggalkan Dewi Anjani. Dan Dewi Anjani pun, sangat berat berpisah denganku. Bahkan, pada saat aku menyatakan bahwa pertapaanku selesai dan aku harus balik ke Jakarta, Dewi Anjani menangis tersedu-sedu.

"Jangan pergi dari sini, jangan tinggalkan aku, Kang," katanya. Dewi meminta agar aku tetap bersamanya hingga kiamat tiba. Dia tidak rela aku pergi, apalagi sampai dalam waktu yang lama di Jakarta.

"Aku punya istri dan anak-anak di Jakarta Dewi, aku harus pulang dan memberikan nafkah untuk mereka," desisku.

Dewi Anjani ngambek. Dia terjun ke laut dan menghilang. Aku lalu terjun juga ke dasar laut mencari Dewi Anjani, tapi hingga sepuluh jam di dasar laut, aku tidak menemukannya. Namun, tiba-tiba, pada saat aku mau naik ke permukaan air, datang ikan paus besar yang menabrakku. Punggungku patah dan aku terluka terhempas di karang. Paus itu menabrak aku dan aku tersungkur pingsan.

Belakangan, barulah aku tahu dari Lalu Mujitahid, bahwa ikan paus besar itu adalah kendaraan laut Dewi Anjani. Dewi ada di dalam perut ikan paus itu dan akan membunuhku.

"Jika kau terbunuh, maka kau akan tetap di daerah itu dan selalu bersamanya hingga kiamat tiba. Jika kau selamat, maka kau akan pulang ke istrimu dan anak-anakmu, lalu dia akan kesepian sepeninggalmu. Maka itu, Dewi Anajni inginkan kau mati dna tinggal bersamanya. Maka itu, cepat, pulanglah ke Jakarta dan kembalilah sebagai kepala keluarga dan suami serta ayah dari anak-anakmu," pesan Pak Lalu Mujitahid, kepadaku.

Sejak itu aku pulang ke Jakarta. Aku naik pesawat dari bandara Lombok lalu turun di bandara Soekarno-Hatta, Kota Tanggerang. Aku disambut oleh istri dan kedua anakku. Mereka menjemput aku dengan meminjam mobil tetangga. Mobil kami sudah terjual dan kami tidak punya apa-apa lagi. Rumah pun, kami ngontrak di Buana Indah dengan biaya kontrak perbulan dari uang dagang nasi uduk istriku. Usaha nasi uduk istri memang maju pesar, terkenal di mana-mana dan banyak sekali pelanggannya.

Dari usaha itu, istriku bisa membiayai anakku sekolah dan mencukupi kebutuhan keluarga. Sedangkan aku, melakoni usaha supranatural dan bertapa untuk menjadi dukun. Alhamdulillah, setelah bertapa lebih dari sebulan di laut Selatan Lombok, maka aku menjadi dukun mumpuni. Allah memberikan kekuatan kepadaku untuk membantu sesama, mengobati ragam penyakit berat maupun ringan. Mulanya aku mendatangi pasien, kini pasien datang kepadaku. Aku lalu menolong mereka yang punya problem kesehatan tanpa tarif. Hanya suka rela dan gaibku tidak boleh aku menentukan tarif.

Karena aku pernah bersuami istri dengan jin, Dewi Anjani, maka banyak jin yang datang ke rumahku untuk dinikahi. Aku pun menikah hingga 20 jin saat ini. Dua puluh jin itu tinggal di atap rumahku dan aku gilir untuk ku cumbui. Sedangkan makanan mereka sangat gampang. Aku hanya menyediakan pisang raja sere dan pisang ambon. Mereka sangat menyukai makanan itu. Di antara 20 jin istriku, ada dua yang cantik mirip Dewi Anjani.

Mulanya aku kira dia Dewi Anjani, namun belakangan, aku ketahui bahwa mereka datang dari Banten Selatan, bukan datang dari Lombok Selatan seperti Dewi Anjani. Namun, soal kepandaian melakukan servis asmara kepadaku, ke dua puluh istri gaibku itu, semuanya sangat pandai menyenangkanku di ranjang. Mereka mengeroyok aku bila sedang bercinta dan tidak ada rasa cemburu di antara mereka. Mereka bersemangat untuk membahagiakanku dan aku sangat bahagia beristrikan dua puluh jin cantik-cantik ini.

Di tengah ketenanganku beristri 20 jin di rumahku di Buana indah, Banten ini, tiba-tiba Dewi Anjani datang. Pada tanggal 17 Agustus 2014 lalu, tetap saat warga ramai merayakan hari ulang tahun kemerdekaan, Dewi Anjani datang pukul 23.00 menjelang tengah malam. Dua puluh istri bangsa jin ku mengusir Dewi Anjani dan Dewi Anjani melakukan perlawanan. Dia tidak mau pergi dan siap menjadi istriku yang ke dua puluh satu.

Dewi Anjani meminta kepadaku agar aku mau menerimanya dan kembali hidup bersamaku. Dewi Anjani terusir dari Lombok Selatan dan dia mau bermukm di Banten. Tugasnya sebagai penjaga Gunung Rinjani dan penjaga Laut Praya, habis sudah masanya dan dia dipensiunkan oleh rajanya.

Hingga artikel ini diturunkan, Dewi Anjani tetap bersamaku. Dia menjadi istriku yang ke dua puluh satu dan hidup di plafon rumahku. Dewi Anjani mampu mendeteksi semua penyakit pasienku dan dari bisikannyalah, maka aku tahu penyakit apa yang diderita oleh pasienku.

Bahkan, Dewi Anjani mampu meramalkan sesuai kejadian di depan. Dia membisikkan sesuatu ke telingaku apabila akn terjadi sesuatu yang besar di hadapanku. Tentang siapa yang memenangkan pertarungan presiden, gubernur, bupati dan walikota. Pada saat Arief Wismansyah calon walikota dan kalah kuat dengan Abdul Syukur, Dewi Anjani membisikkan sesuatu ke telingaku, bahwa yang akan menang adalah Arief Wismansyah di Kota Tanggerang. Padahal yang kuat kala itu adalah Abdul Syukur. Hasul terawangan Dewi Anjani ternyata benar. Yang menang adalah Arief Wismansyah dan berhasil menggusur Abdul Syukur yang begitu kuat.

Pada saat orang semua menduga Prabowo Subianto yang akan menjadi presiden, Dewi Anjani membisikkan telingaku, bahwa yang akan menang adalah Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Aku pun, akhirnya menyebut bahwa Joko Widodo yang akan menang di sebuah majalah. Benar saja, walau tipis, Joko Widodo menang dengan selisih hanya 8000 suara dibanding Prabowo-Hatta.

Belakangan ini, aku sangat bersyukur akan kehadiran Dewi Anjani dalam hidupku. Dewi Anjani benar-benar banyak membantu aku sebagai dukun. Selain mampu meramal dengan jitu, Dewi Anjani juga mampu mendeteksi semua penyakit dan membaca sifat pribadi siapapun yang minta dilihat.

Orang menyangka aku yang jago dalam meramal dan mendeteksi penyakit. Semua itu, kuakui bahwa Dewi Anjani lah yang pintar dan jago. Dia mengajak aku mengetahui sesuatu yang akan terjadi di depan nanti. Termasuk tentang sebuah gunung di Jawa akan meletus di ujung tahun 2014 ini. Gunung apa itu, aku harus merahasiakannya dan tidak boleh memebri tahu karena akan membaut warga sekitar gunung akan resah.

Kelebihan Dewi Anjani, dia bisa merubah dirinya menjadi seperti manusia biasa. Tiba-tiba Dewi Anjani menjadi wanita cantik yang mempesona, yang menggandeng aku di acara resepsi pernikahan temanku di Manggala Wana Bhakti. Semua mata memandang kepadaku karena pasanganku begitu cantik, sementara wajahku sangat buruk dan tubuh sangat pendek.

Dewi Anjani merubah dirinya sebagai wanita yang angun, modis dan mempesona. Maka tak ayal, semua mata lelaki dan wanita, terarah kepadanya dan terkagum-kagum melihat penampilan dirinya yang penuh pesona. Bahkan, karena kecantikan Dewi Anjani sementara aku jelek, maka orang-orang jadi nyinyir mengata-ngataiku, Beauty and The Beast. Yang cantik dan yang buruk. Tapi aku tidak boleh marah dan aku harus tertawa, ikhlas menerima cacian itu. Karena aku sadar, bahwa Dewi Anjani terlalu cantiks edangkan wajahku terlalu buruk.

(Kisah ini dialami Salim Muhamad. Tia Aweni D Paramitha menulis untuk kita semua)

 

 

Paramitha, Tia Aweni D. 2014. Majalah Misteri Edisi 589. Jakarta: Yayasan Sinar Berdiri Jaya.