WANITA CANTIK PENUNGGU JALAN RAYA PASAR NGUNUT

Sepintas jalan raya depan Pasar Ngunut-Tulungagung, hanyalah sebuah jalan raya yang setiap hari ramai dilintasi kendaraan menuju kota Tulungagung atau Blitar. Namun, pada hari-hari tertentu, wanita cantik sering menampakkan dirinya di situ. Inilah pengalaman mistis Subchan Zaenal Efendi, sopir bus, yang sering melintas di daerah itu.

Wanita Cantik Penunggu Jalan Raya Pasar Ngunut - Bagi orang luar kota yang pertama kali melintasinya, jalan itu layaknya jalan raya pada umumnya, yang tak memiliki nilai mistik apa-apa. Sebab kenyataannya, setiap hari selalu ramai dikunjungi orang. Apalagi pada waktu malam, banyak pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di situ. Walau begitu tidak semua PKL berjualan seitap malam. Apalagi kalau malam Jum'at Legi, hanya PKL yang punya nyali saja yang tetap berani berjualan di situ. Sehingga pada waktu terjadi kecelakaan maut pada hari Kamis Kliwon, 5 Juli 2012 yang lalu ikut menjadi korban.

Kecelakaan maut yang terjadi sekitar pukul 22.30 tersebut, Bus Gunung Harta nopol DK 9144 GH menyantap sembilan warung PKL yang berada di pinggir jalan raya depan Pasar Ngunut. Akibat peristiwa itu, du akorban meninggal di tempat kejadian perkara (TKP), tiga luka berat, dan lima luka ringan. Korban tidak hanya pedagang tapi juga pembeli. Sedangkan sopir bus Subchan Zaenal Efendi selamat. Dia hanya luka ringan di bagian dahi, terkena pecahan kaca depan bus.

Dua korban yang meninggal dunia pasangan suami istri, mereka adalah Basori, 41 tahun, dan Leci Dewi Fajar, 35 tahun, keduanya warga Desa Sidarejo, Kecamatan Umbul Sari, Kabupaten Jember. Pada waktu laporan ini ditulis (10 Juli 2012), para korban ada yang masih dirawat di berbagai rumah sakit di Tulungagung, bahkan ada yang masih dirujuk di Malang. Korban yang masih dirawat di rumah sakit Tulungagung yaitu: Sri Mulyati, 31 tahun warga Beji, Desa/Kecamatan Ngunut, Mujib 40 tahun, warga Desa Doroampel, Kecamatan Sumbergempol, Ayunita, 20 tahun, warga Desa Pakisrejo, Kecamatan Rejotangan, Desi Novitasari, 19 tahun, warga Desa Kaliwungu, Kecamatan Ngunut, dan Endik, 30 tahun, warga Desa/Kecamatan Ngunut. Sedangakn korban yang masih dirujuk di Malang yaitu: Edi Santosa, 40 tahun, warga Desa/Kecamatan Ngunut, Hariyanto, 30 tahun, warga Beji, Desa/Kecamatan Ngunut, dan Suhardi, 22 tahun warga Desa/Kecamatan Ngunut.

Bus yang dikemudikan Subchan Zaenal Efendi warga Desa Tologowaru, Kecamatan Kedungkandang, Kabupaten Malang itu, juga menyantap pikap AG 8949 KA, sepeda motor Suzuki AG 2353 RY, dan AG 5488 MD, serta Honda AG 5152 TC dan Yamaha P 4619 MJ yang sedang diparkir. Pada waktu kejadian kecelakaan Kami sedang minum kopi di warung pertigaan Sumus Bor. Pada waktu sedang asyik ngobrol dengan tukang ojeg, Kami melihat ada bus dari timur (Blitar) menuju ke Tulungagung dengan kecepatan sedang. Setelah sampai di warungnya Lakir (timurnya halte) bus tanpa penumpang tersebut tiba-tiba oleng ke kanan. Pada waktu itu Kami bersama dengan tukang ojeg berteriak ... minggir-minggir... Namun, belum sempat mereka menyingkir, bus langsung menyantap tenda warung mereka. Pertama kali yang disantap bus itu adalah warung penjual nasi lalapan. Sebab, posisinya paling timur. Karena jarak antara PKL satu dengan lain berdekatan, maka delapan PKL lainnya terkena benturan.

Bus baru berhenti, ketika tumpukan tenda PKL menabrak pikap buah yang berjualan di paling barat. Setelah bus berhenti, warga di sekitar TKP langsung berusaha menolong para korban, dan melapor ke polisi. Selang beberapa menit polisi datang dan membantu warga mengevakuasi. Untuk dua korban yang meninggal dunia tersebut, karena saat kejadian mereka kali pertama disantap Bus Gunung Harta, posisinya berada di nasi lalapan. Sedangkan salah satu korban Ayunita, saat kejadian dirinya bersama suaminya Irfanda Ciseme Bepa, sedang menyantap bebek goreng. "Tiba-tiba saya melihat dari timur, beberapa tenda terpental, saat itu saya tidak sempat menyelamatkan diri, saya juga ikut terpental, dan tangan saya patah," katanya saat ditemui di RS Ira Medika.

Sopir Bus Gunung Harta, Subchan Zaenal Efendi, mengakui kalau penyebab kecelakaan yang merenggut dua nyawa, karena dia menghindari bayangan wanita cantik sedang menyeberang jalan. Menurut keterangan ayah dua anak tersebut, sebelum berangkat ke Tulungagung, dirinya merasa capek dan lelah. Maklum sehari sebelum kejadian, Subchan-sapaan Subchan Zaenal Efendi mengantar penumpang berwisata ke Yogyakarta. "Kamis (05/7) sekitar pukul 11.00 saya tiba dari Yogyakarta," ungkapnya saat Kami temui di Polres Tulungagung.

Dia melanjutkan, setibanya dari Yogyakarta, dirinya tidak istirahat, tapi membantu istri mengerjakan pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. "karena istri saya sedang hamil tua, maka ketika di rumah saya ikut membantu pekerjaan rumah yang belum beres," bebernya. Lanjut dia, saat itu dirinya hanya menyempatkan waktu tiga jam untuk istirahat, kemudian sekitar pukul 20.00 Subchan berangkat menuju Tulungagung.

Saat berangkat, Subchan ditemani Agus Mulyadiman warga Jembrana Bali yagn juga kernet bus. Mereka berangkat dari Malang ke Tulungagung untuk menjemput siswa-siswi SMAN 1 Boyolangu yang hendak rekreasi ke Bali. Saat itu tidak dirinya saja, tapi ada tiga Bus Gunung Harga juga berangkat bersamaan menuju Tulungagung. Dari empat bus, bus ketiga dikemudikan Subchan. "Sekitar empat bus menuju Tulungagung untuk menjemput siswa SMAN 1 Boyolangu yang akan rekreasi ke Bali," terangnya.

Namun apes menimpa Subchan, begitu tiba di pertigaan Pasar Ngunut dirinya melihat bayangan wanita cantik yang sedang menyeberang jalan, selanjutnya arah bus dibelokkan ke kanan dan akhirnya menabrak PKL. "Waktu itu saya sempat pingsan setelah sadar tahu-tahu bus sudah terhenti di pinggir jalan dan menabrak sesuatu," terangnya. Setelah kejadian ini, Subchan secara pribadi meminta maaf kepada keluarga korban. Dia menyatakan, kejadian tersebut bukan disengaja, melainkan apes karena menghindari bayangan wanita cantik sehingga terjadi kecelakaan tesebut.



Dayak, Budiono. 2013. Majalah Misteri Edisi 557. Jakarta: Yayasan Sinar Berdiri Jaya.