BATU KLANCENG JUJUGAN PEMBURU BAROKAH
Banyak kejadian aneh yang terjadi di sekitar Batu Klanceng di Grumbul Sindang Kasih, Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupuaten Banyumas Jawa Tengah ini. Para pemburu barokah percaya, batu itu dihuni oleh sosok makhluk halus. Mereka juga yakin akan diberikan jalan terang agar dimudahkan dalam mencari rejeki atau kekayaan di dunia usai lelaku ritual bersemedi atau menenangkan diri di sekitar batu yang ada di tepian hutan tersebut.

Batu Klanceng Jujugan Pemburu Barokah - Batu besar yang terletak di tepi jalan desa yang tidak beraspal dan keberadaannya tepat di samping sebuah sungai kecil yang masuk di wilayah RT 01/RW 05 Grumbul Sindang Kasih. Dan sungai kecil yang airnya cukup deras dan lancar tersebut biasa dimanfaatkan warga Desa Pageraji untuk mandi dan mencuci itu.

Sementara itu, ukuran dari batu yang dikeramatkan oleh warga desa serta para tamu pengalap berkah tersebut berdiameter sekitar 6 meter dan tinggi sekitar 1,5 meter. Kalau dilihat secara kasat mata, batu besar di tempat lain. Hitam, agak berlumut dan ditumbuhi rumput liar di sekitarnya. Untuk mencapai Batu Klanceng yang ada di pinggiran hutan itu tidaklah terlalu sulit. Ada jalan yang cukup lebar dan mudah dilalui meski tidak beraspal mulus. Hanya saja kalau di musim hujan perlu sedikit berhati-hati.

Batu itu dijaga oleh Darmo. Pria tua yang memiliki nama lengkap Muhail Sudarmo ini, sebenarnya bukan asli desa setempat tapi merupakan pria kelahiran Desa Karang Lo tersebut. Namun sekarang sudah menetap dan tinggal tidak jauh dari lokasi Batu Klanceng sejak tahun 1961. Darmo mulai diberi mandat sebagai juru kunci oleh Kepala Desa Pageraji sejak tahun 1971. Dan Darmo pun sebagai juru kunci generasi ketiga setelah juru kunci sebelumnya wafat.

"Saya sebenarnya bukan asli warga desa sini, tapi tiba-tiba bagaimana saya tidak tahu kok tiba-tiba Pak Kades yang menjabat di tahun 1971 langsung menyuruh saya untuk menjaga serta merawat kebersihan dari Batu Klanceng itu sehingga sekarang ini bisa dilihat sangat asri dan cukup nyaman bagi orang yang hendak lelaku ritual," tutur Darmo, yang sudah ditinggal Rikem-istrinya, menghadap sang Khalik sejak 27 tahun lalu.

"Setelah 9 tahun menikah dengan Rikem, tepatnya di awal tahun 1971, saya membeli tanah kosong di dekat batu Klanceng ini. Memang saya sudah tahu tentang misteri atau keangkeran dari batu tersebut. Tetapi saya berdoa saja, semoga tidak saling mengganggu. Kan sudah berbeda alam, pikir saya waktu itu," ucapmya dengan logat Banyumasan.

Dikisahkan Darmo, diberinya nama batu itu menjadi Batu Klanceng dikarenakan adanya sekelompok binatang yang menyerupai lebah tapi berbadan lebih kecil dari lebah pada umumny dengan seluruh tubuhnya berwarna putih yang selalu mengerubungi batu tersebut.

Pada umumnya, yang namanya hewan Klanceng itu memiliki tubuh berwarna hitam. Tapi binatang Kalnceng yang menghuni di bati itu lain dari yang lain yakni seluruh tubuh hingga sayapnya berwarna putih.

Oleh warga desa, binatang ini dibiarkan hidup dan berkembang-biak di batangan bambu yang dijadikan penyangga atap seng atau genteng hampir di setiap rumah warga desa. Setelah itu, binatang inipun akan kembali ke 'rumahnya' di batu besar yang ada di depan hutan desa setempat.

"Memang agak aneh mas, ada hewan Klanceng yang berwarna putih dan postur tubuhnya lebih kecil dari lebah lain jenis. Binatang inipun selalu keluar masuk melalui satu lobang besar yang ada di bagian atas dari batu tersebut. Padahal yang namanya hewan Klanceng itu biasanya berwarna hitam dan hidup di dalam bambu kering dan usang, yang biasanya ada di bangunan rumah tradisional yang lama," ungkap Darmo.


BISA BIKIN GILA

Banyaknya orang yang mempercayai kehebatan dan kemujaraban dari batu keramat ini menjadikan desa itu selalu ramai dikunjungi orang pada malam-malam tertentu yang ingin lelaku ritual untuk memohon petunjuk dari Sang Maha Pencipta Alam Semesta, khususnya di malam Selasa Kliwon dan malam Jum'at Kliwon.

"Itulah malam yang menurut mereka yang mempercayainya sangat tepat untuk lelaku ritual. Bahkan tidak ketinggalan, orang-orang yang pernah menjadi kepala desa dari sebelum tahun 1971 hingga sekarang ini, baik itu menjadi kades di Desa Pageraji maupun desa-desa lainnya di seputaran Kecamatan Cilongok selalu menyempatkan datang terlebih dulu ke batu keramat Batu Klanceng untuk meminta petunjuk sebelum mereka maju untuk mencalonkan diri jadi kades," jelas Darmo.

Sementara itu, Ahmad Mundir (57), yang di kenal sebagai tokoh masyarakat desa setempat menegaskan, tidak hanya calon kades yang akhirnya berahsil duduk di kursi kepemimpinan di tingkat desa, tapi juga ada calon anggota legislatif di tingkat Kabupaten Banyumas hingga ke tingkat Provinsi Jawa Tengah, yang menyempatkan diri untuk datang ke batu Klanceng dengan di dampingi Darmo.

"Ya semua itu tentunya atas kehendak Allah. Hanya saja batu tersebut sebagai perantara saja. Kita boleh datang ke tempat-tempat keramat semacam Batu Klanceng tapi yang terpenting memohonnya kepada Allah SWT saja jangan kepada penunggu batu itu. Sedangkan yang datang ke tempat ini tidak saja orang yang memiliki keperluan jabatan tapi juga keperluan lain seperti ingin usaha dagangnya semkain meningkat, kenaikan pangkat dan masih banyak lagi," terang pria kelahiran 21 Desember 1954.

Kekuatan mistis dari Batu Klanceng itupun sudah dirasakan seluruh warga desa sejak tahun 1938. Kejadian-kejadian aneh pasca melanggar aturan yang tidak baku di sekitar batu keramat pun menjadi bukti dan saksi sejarah roh penunggu yang selama ini mendiami batu keramat yang diapit dua pohon tinggi dan rindang.

Seperti apakah jadinya orang yang tidak mempercayai kekuatan gaib dari batu tersebut?

Menurut cerita Ahmad Mundir yang mengutip penuturan almarhum kakeknya, ada salah satu warga (maaf tidak disebut namanya) yang sekaran gini sudah meninggal dunia dua tahun lalu. Menurut cerita, orang itu ketika masih berusia sekitar 20 tahun pada tahun 1950-an berniat untuk menebang batang pohon pinang yang ada di sebelah kanan tidak terlalu jauh dari batu keramat tersebut dengan maksud akan dipergunakan sebagai kayu bakar. Padahal orang itu sudah diingatkan oleh sang kakek tapi dirinya tidak mengindahkan bahkan tidak mempercayai hal takhayul semacam itu.

Tapi apa yang terjadi, selang lima hari setelah menebang batang pohon yang ada di dekat batu Klanceng, kemudian orang itu langsung gila hingga sering telanjang dan berlari-lari di jalanan.

"Padahal sudah dicoba disembuhkan oleh beberapa orang 'pinter' yang ada di Kecamatan Cilongok, tapi semua itu tidak ada yang manjur. Bahkan salah satu orang pinter tersebut pernah menyatakan kepada keluarganya bahwa penunggu Batu Klanceng tidak akan melepas kutukannya hingga orang yang berani menebang batang pohon pinang tersebut meninggal," cerita Ahmad Mundir. Dan akhirnya memang benar, sambung pria yang tinggal di RT 03/RW 04, seteleh dua tahun orang tersebut gila, akhirnya meninggal dunia.

Kejadian yang menimpa warga desa Pageraji itupun tidak hanya satu kali itu saja. Jauh di tahun 1962, ada salah satu warga yang baru pulang dari salah satu pondok pesantren di wilayah Jawa Timur. Sebagai seorang jebolan pondok pesantren mencoba untuk tidak percaya dengan adanya kemistikan yang berujung kemusrikan dari kekuatan gaib Batu Klanceng yang ada di Grumbul Sindang Kasih.

"Namanya Pak Basirun, tapi sekarang dia sudah pindah ke lain desa kecamatan, jauh dari sini. Pak Basirun itu memang merupakan jebolan dari salah satu pondok pesantren dan dia sangat tidak percaya dengan hal semacam ini, sehingga dia mencoba mengobrak-ngabrik (mengacak-acak) sekitar batu Klanceng," ucap tokoh masyarakat itu.

Bahkan Pak Basirun itu sempat menendang batu yang cukup besar dengna kekuatan emosinya dan dibarengi tutur kata seolah menantangnya, sambung Ahmad Mundir, tapi selang tiga hari kemudian Pak Basirun pun menjadi gila.

Keangkeran dari Batu Klanceng itupun diakui Ahmad Mundir. Dirinya pernah mengalaminya sendiri dengan melihat penampakan sosok seekor harimau putih yang postur tubuhnya tinggi dan besar. Hal itu terjadi ketika Ahmad Mundir sedang melintas di malam hari sekitar pukul 21.30 WIB di bulan Agustus 1985.

Tapi Mundir mencoba tetap tenang dan berusaha tidak lari. Setelah beberapa langkah berlalu dari batu tersebut, Mundir mendengar adanya suara orang berbicara, seolah berpesan agar warga desa tetap menjaga kelestarian lingkungan sekitar wilayah Batu Klanceng. Kalau hal itu dilaksanakan maka dilimpahkan kemakmurannya dan akan tentram damai.

"Saat mendengar suara tersebut, bersyukur saya tidak takut dan tidak lari waktu itu. Dan ucapan pesan itupun sepertinya terbukti. Terlihat di sekitar wilayah Kecamatan Cilongok kini telah dijadikan Daerah Sentra Produksi Gula Kelapa, kemudian warga juga memiliki usaha sampingan selain menjadi penderes dan pembuat gula kelapa, yaitu menjual madu yang berasal dari binatang lebah Klanceng. Selain itu, kerukunan antar warga di lingkungan Kecamatan Cilongok ini sejak dulu sangat terjaga," ucap pria yagn sudah memiliki 6 anak.


JIKA TERKABUL, JANGAN TAKABUR

Untuk ngalap berkah di batu Klanceng, menurut penuuran Muhail Sudarmo, tidaklah terlalu rumit. Selain cukup membawa kemenyan, bunga 7 rupa serta rokok kretek, juga harus kuat menghadapi sesuatu yang bakalan terjadi di sekitar batu besar itu.

Pasalnya, tidak sedikit yang lari tunggang langgang setelah adanya penampakan yang sepertinya akan menghabisi nyawanya.

Menurut pria bertubuh kerempeng itu, biasanya ada penampakan seekor harimau yang cukup besar berdiri di jalan dekat jembatan sambil menatap tajam ke arah orang yang edang khusyuk dalam berdoa. Penampakan harimau itupun dibarengi suara raungan dan dengusan nafas yang tentunya cukup membuat bulu kuduk berdiri. Setelah itu harimau tersebut akan melompat tepat di atas batu dimana pelaku ritual sedang bersemedi.

"Menurut penuturan salah satu warga desa yang telah apa yang menjadi harapannya, di saat harimau tersebut tepat di atas batu biasanya akan maujud menjadi orang tua berjubah hitam. Kalau hal itu bisa terjadi, itu artinya orang tersebut telah diberi kesempatan unutk mencicipi kemakmuran yang diberikan Sang Pencipta, tapi dengan syarat jangan sombong dan jangan ria atau menghamburkan uang hasil jerih payahnya, jangan berzina dan harus sering memberi kebaikan kepada yang kurang mampu," pesan Ahmad Mundir.



Darmadi. 2013. Majalah Misteri Edisi 568. Jakarta: Yayasan Sinar Berdiri Jaya.