AKSESORIS MISTIK DIGANDRUNGI REMAJA
Di jalan-jalan kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya hingga Medan, sudah tidak asing lagi jika ada Anak Baru Gede (ABG) yang mengenakan gelang kaukah atau kalung liontin bermata safir. Bukan hanya di Indonesia, di beberapa kota besar Asia lainnya seperti Taipeh, Hongkong, Singapura sampai Seoul pemandangan serupa juga sering kita lihat. Ya, benda-benda mistik seeprti gelang kaukah, batu akik, gelang batu dan sejenisnya yang sebelumnya hanya di pakai kaum supranaturalis dan pecinta gotik, kini menjadi tren di kalangan remaja. Dengan sedikit dimodifikasi misalnya diberi magnet, serpihan batu warna-warni terlihat manis melingkar di lengan cowok maupun cewek ABG.

Akesesoris Mistik Digandrungi Remaja - Benarkah saat ini kita sudah memasuki era supramistik sebagai antitesis terhadap kemapanan sosial yang penuh kemunafikan? Untuk mengetahui jawabannya, kami mencoba membedahnya dari berbagai sisi, termasuk wawancara dengan tokoh supramistik.


JANGAN LIHAT BENDANYA TAPI DOANYA

Kegemaran orang untuk emmakai benda yang memiliki kekuatan gaib sebenarnya sudah berlangsugn sejak lama. Pada periode tertentu, yang kemudian dikenal dengan sebutan era gothic, kegemaran akan benda-benda mistik termasuk pakaian, mendapat tempat yang luas, khususnya di daratan Eropa.

Kini di beberapa sudut kota besar, bukan hanya di kawasan Asia, namun juga belahan dunia lainnya, kegemaran akan aksesoris mistik kembali mewabah. Berbeda dengan komunitas punk, penggemar aksesoris mistik tetap hidup normal, bahkan mapan. Mereka memiliki pekerjaan tetap dan juga keluarga yang harmonis. Artinya, kegiatan yang mereka lakukan bukan sebuah katarsis (pelarian) dari sebuah kesuntukan, apalagi hanya sekedar ingin tampil beda.

Para pemakai aksesoris mistik memiliki kesadaran penuh atas pilihannya. Sebagai aksesoris mistik, bentuk benda-benda itu pun tidak jauh dari jimat atau pegangan yang biasa digunakan dalam upacara ritual supramistik. Dengan sedikit modifikasi, gelang kaukah, liontin, sapu tangan sampai gesper (ikat pinggang) beraroma gaib, kini dengan indah bertengger di tubuh anak-anak muda. Memang tidak semuanya aksesoris itu memiliki kekuatan gaib, atau berisi jin. Tetapi tetap saja aura mistik terpancar dari pemakainya.

Fenomena apakah yang sebenarnya tengah terjadi di kalangan generasi muda ini? Adakah kaitannya dengan gerakan illuminati, freemason, atau sebangsanya? Untuk membedah fenomena ini, tim Kami berkesempatan mewawancara spiritualis kondang Ustadz Saipudin. Berikut petikan wawancaranya:

Menurut Ustadz, ada apa di balik munculnya fenomena pemakaian aksesoris mistik di kalangan anak muda saat ini?

Saya kira itu fenomena biasa. Ada masa di mana muncul kecenderungan terhadap berbagai hal yang kadang menyimpang dari tatanan umum. Fenomena itu bisa mengikuti tren yang pernah ada sebelumnya, namun bisa juga sesuatu yang benar-benar baru. Terkait aksesoris mistik, saya kira itu hanya pengualngan tren yang pernah terjadi di masa lampau. Dulu aksesoris mistik seperti gelang kaukah atau rajah yang disimpan dalam ikat pinggang, sudah biasa dipakai oleh orang-orang tertentu.


Namun dulu dipakai oleh orang-orang tertentu seperti dukun, atau mereka yang sedang menajalni laku supramistik. Mereka juga memakainya secara sembunyi-sembunyi. Tetapi sekarang banyak yang memakainya seara terbuka. Bagaimana Ustad melihat hal ini?

Saya kira karena bentuknya keren dan dimodifikasi sedemikian indah, sehingga siapapun tidak malu untuk memakainya. Kemarin saya lihat ada gelang kaukah yang diberi manik-manik dari magnet sehingga terlihat indah. Saya kira siapapun tertarik untuk memakainya tanpa khawatir dibilang dukun.


Apakah benar aksesoris mistik tersebut menyimpan suatu tuah atau kekuatan gaib?

Sebagian memang ada yang memiliki kekuatan gaib semacam tuah atau katakanlah ada jinnya. Tetapi kebanyakan hanya aksesoris biasa.


Bagaimana membedakannya?

Susah untuk membedakannya kecuali jika memegangnya atau memakainya secara langsung. Namanya kekuatan gaib, tentu tidak bisa dilihat dengan mata biasa. Namun bagi mereka yang memiliki ilmu di bidang itu, sebenarnya sangat mudah untuk membedakan. Sebab benda yang memiliki kekuatan supramistik atau dihuni jin, biasanya memancarkan sinar gaib.


Bolehkan kita mempercayainya? Apakah nantinya kita tidak akan dianggap musyrik?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita bisa simak surat Yusuf ayat 93 yang artinya: "Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah dia ke wajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali." Perhatikan juga ayat yang ke 96 dalam surat yang sama: "Tatkala telah tiba pembawa kabar gembira itu, maka diletakkannya baju gamis itu ke wajah Ya'qub, lalu kembalilah dia dapat melihat."

Kenapa Nabi Yusuf tidak memohon secara langsung kepada Allah SWT untuk kesembuhan sakit mata (buta) sang Ayah? Dan mengapa Allah SWT tidak menegur perbuatan Nabi Yusuf AS tersebut?  Kesimpulannya, boleh saja bersyareat pada suatu benda selama memintanya tetap kepada Sang Pencipta. Misalnya, Anda diare, terus makan daun jambu klutuk muda. Sebelum mengunyah daun tersebut, Anda berdoa, "Ya Allah, berkat daun ini, hilangkanlah penyakitku." Nah, ini sah-sah saja.

Kisah tentang keajaiban bertawasul dengan benda mati amat banyak kita temui dalam kitab suci. Semisal, kisah tentang mukjizat tongkat Nabi Musa AS, cincin Nabi Sulaiman AS, dll. Bahkan, ketika suatu saat Rasulullah SAW mendengar ada seseorang yang disiksa dalam kuburnya, maka Rasul mengambul pelepah kurma yang masih basah, kemudian menancapkannya pada kubur itu sambil bersabda, "Selagi pelepah kurma ini masih basah, mudah-mudahan Allah SWT meringankan siksa si Fulan." Kisah-kisah ini membuktikan bahwa Allah SWT memberikan karunia kepada benda mati.


Jadi bagaimana dengan aksesoris mistik yang sekarang sedang tren itu?

Mengenai aksesoris mistik, hendaknya kita jangan melihat hanya terbatas pada benda matinya, melainkan Doa yang diucapkan ketika hendak meniup atau mengisi aksesoris itu. Hal ini tidak jauh berbeda ketika Rasulullah SAW menancapkan pelepah kurma. Nah, jika siksa kepada si mayit itu benar-benar lebih ringan, tentu bukan karena pelepah kurmanya, melainkan karena doa atau ucapan Rasulullah SAW.


Tetapi Nabi kan memang diberi kelebihan yang tidak dimiliki oleh umatnya?

Harus dipahami dengan  benar bahwa apa yang saya uraikan bukan berarti menyamakan manusia dengan Nabi yang notabene mempunyai segala kemuliaan dari Allah SWT. Tetapi kajian sederhananya begini: Nabi mempunyai mukjizat, sedangkan manusia pun diberi hak keistimewaan dengan apa yang disebut sebagai maunah. Maunah tersebut bisa diperoleh manusia dengan izin Allah SWT setelah orang itu berhasil melampaui laku dan ujian-ujian tertentu. Misalnya, banyak melakukan ibadah-ibadah sunnah, tahajud, wirid, puasa.

Allah SWT dengan sifat KemahakuasaanNya tentu saja mampu menyembuhkan sakit mata yang di derita Nabi Ya'qub AS, atau membelah lautan menjadi jalan tanpa perantaraan sebuah tongkat (kayu), juga memberikan kekuasaan (kharisma atau wibawa) kepada Nabi Sulaiman AS tanpa harus melalui sebuah benda mati berupa cincin. Nmaun, mengapa dalam menyalurkan karunia itu Allah SWT masih melalui perantara-perantara berupa benda mati? Itulah rahasia Allah Yang Maha Kuasa. Dia kuasa untuk memberikan karunia-Nya pada apa dan siapa saja, dan mengapa dan bagaimana, sebab hal ini hanya akan melemahkan iman kita.


Bagaimana dengan aksesoris mistik yang kemudian dianggap jimat?

Nabi Muhammad SAW mengharamkan jimat, karena khawatir keberadaan jimat itu dapat menggelincirkan iman orang yang tauhidnya belum lurus. Sebaliknya, terhadap orang yang sudah dapat menempatkan posisi jimat itu sebagai sarana ikhtiar saja (wasilah), maka jimat tidak lebih sebagai obat. Kalangan ini menyebut bahwa jimat bukan sebagai benda yang "memiliki" kekuatan, melainkan benda "yang diberi" kekuatan. Dan yang memberi kekuatan itu adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, yakni Allah SWT.


Lantas, bagaimana mungkin benda mati semacam aksesoris mistik itu bisa didayagunakan?

Dari pandangan ilmu metafisika, aksesoris mistik itu sebagai hasil dari kecanggihan teknologi batin. Ini tak jauh beda ketika teknologi lahir dapat merekamkan suara pada pita kosong atau piring cakram digital, maka teknologi batin pun dapat "merekam" kan kekuatan pada benda mati. Dari sejaran Nabi SAW kita temui pengutaraan mukjizat itu melalui benda mati. Misalnya, saat beliau dikepung pemuda-pemuda kafir, lalu menebarkan pasir sambil membaca surat Yasin ayat 1 sampai 9, maka para pengepung itu pun tertidur hingga pagi hari. Mengapa musti pakai pasir yang notabene adalah benda mati?

Sekali lagi, hakikatnya adalah bacaan ayatnya itu, bukan pada benda matinya. Jadi, keberadaan sebuah benda mati sebagai perantara semestinya tidak perlu dipermasalahkan sepanjang doa yang dibacakan itu ditujukan hanya kepada Allah SWT dan dihajatkan untuk hal-hal yang tidak dilarang oleh agama. Dan harus dipahami bahwa benda itu, apapun jenisnya, memiliki "keajaiban" semata-mata adalah karena jin dari Allah SWT.


Apakah Ustadz juga memiliki benda yang sudah diberi kekuatan?

Ada beberapa seperti Sapu Tangan Rajah Karomah. Gunanya, Insya Allah, pemiliknya kan memiliki kekuatan, kekebalan, kewibawaan, pembungkam, bobot pukulan lebih berat bagaikan godam dan tajam bagaikan senjata, menangkal segala macam marabahaya. Selain itu juga dihormati kawan disegani lawan, musuh menyerang jatuh sendiri. Jika musuh menyerang dengan emosi tinggi musuh bisa muntah darah, pukulan jarak jauh, membentengi diri dari serangan ilmu hitam, keselamatan.


Apa ada syarat tertentu untuk memilikinya? Misalnya laku puasa atau ritual lainnya?

Oh, tidak. Pemiliknya tinggal memakainya karena sudah saya beri kekuatannya sehingga pemiliknya tidak perlu lagi mengisinya melalui ritual. Jadi istilah anak zaman sekarang, terima beres saja.


Bagaimana dengan pantangannya?

Sapu Tangan Rajah Karomah tidak memiliki pantangan sebagaimana benda-benda keramat lainnya. Sebab seperti saya utarakan di atas, benda itu sudah saya beri kekuatan melalui doa dan atas seizin Allah SWT. Namun tentu saja, bagi pemegangnya jangan lantas berperilaku sombong, takabur dan lupa pada pemilik kekuatan sesungguhnya yakni Allah SWT.



2013. Majalah Misteri Edisi 568. Jakarta: Yayasan Sinar Berdiri Jaya.