HIZIB MAHABBAH

Tak ada yang bisa menepis, dalam keadaan apapun, wajahnya selalu tampak bersinar, mempesona, dan awet muda...

Hizib Mahabbah - Belum lagi lengkap dua tahun, tetapi Joena, 30 tahun, demikian sapaan akrabnya sudah menduduki jabatan penting di perusahaan tersebut. Persaingan yang demikian ketat, berhasil dilaluinya dengan mulus. Ya... hampir semua orang di perusahaan itu mengenal dengan baik sosok perempuan yang santun, murah senyum dan memiliki wajah bersinar seolah bulan purnama.

Sudah menjadi rahasia umum, keberhasilan Joena di dalam budang kerjanya, marketing, selain menambah jaringan baru, ia juga berhasil membuat distributor yang selama ini "nakal" dengan cara selalu mengulur waktu pembayaran, kini, selalu membayar tepat waktu, bahkan beberapa di antaranya mengirimkan pembayaran di depan untuk mendapatkan diskon yang lebih tinggi lagi.

Suatu hal yang belum pernah terjadi selama perusahaan itu berdiri...

Seperti biasa, beberapa orang yang telah mengabdi sekian lama menjadi penasaran, dan mencoba mencari-cari kesalahan Joena. Alih-alih mendapatkan, tiap ketemu dengan Joena, entah kenapa mereka jadi tak sampai hati bahkan berbalik menjadi iba. Mulanya hal itu dianggap biasa, tetapi, ketika Rudi dan Santoso terpaksa perang mulut akibat salah satu dianggap telah berkhianat, barulah keanehan-keanehan itu terasakan oleh mereka.

"Jangan-jangan, Joena punya pegangan dari orang tua yang benar-benar mumpuni", demikian gerutu Rudi pada sautu hari.

"Maksudnya?" Tanya Santoso penasaran.

Rudi pun lalu menguraikan panjang lebar, kenapa Santoso jadi berbalik mau membantu Joena. Sambil menepuk dahi seolah diingatkan sesuatu, Santoso pun berteriak; "Iya. Kenapa ya?"

Singkat kata, beberapa bulan kemudian, Rudi pun dipromosikan oleh perusahan untuk menjadi Kepala Cabang Jawa Timur yang berkedudukan di Surabaya. Tetapi entah kenapa, Rudi yang selama ini dikenal sebagai sosok yang terlalu percaya diri mendadak jadi berubah. Hati kecilnya berkata, "Jangan-jangan, aku tidak mampu mempertahankan apa yang telah dicapai selama ini. Kalau itu yang terjadi, selain malu besar, bisa-bisa aku bakal dipecat..."

Berbagai pikiran dan perkiraan pun berkecamuk dalambenak Rudi sehingga membuatnya jadi frustasi...

Mau bertanya pada Joena rasanya malu, tidak bertanya, ia tak akan pernah berhasil mendapatkan jawabannya. Ya... sekali ini Rudi bak dipaksa memakan buah simalakama.

Setelah menimbang-nimbang sekian lama, akhirnya, Rudi pun memutuskan untuk bertanya langsung pada Joena tentang berbagai strategi serta menundukkan hati para distributor yang "nakal". Gayung pun bersambut, Joena yang juga dikenal senang berbagi ilmu kepada teman-temannya langsung menjawab ketika Rudi meminta waktu untuk sekadar berbincang di rumahnya: "Bagaimana jika nanti malam?" Jawab Joena.

"Baik... Aku datang sekitar pukul tujuh ya", jawab Rudi dengan bersemangat.

Joena hanya mengangguk tanda setuju dan langsung tenggelam kembali dalam pekerjaannya.

Malamnya, setelah sejenak berbasa-basi Rudi pun mengungkapkan keperluannya: "Aku datang cuma untuk meminta saran, cara apa yang digunakan agar produk perusahaan tersebar dan para distributor kita mau membayar dengan tepat waktu".

:Kita sama-sama kuliah di fakultas ekonomi, jadi yang dipakai tidak lebih dari beragam teori dan pengembangan dari Marketing Mix", jawab Joena sambil tersenyum.

Rudi semakin frustasi setiap mendengar jawaban Joena. "Tapi, bagaimana distributor "nakal" itu sekarang bisa atau mau membayar tepat waktu setelah bertemu kamu Joen?" Desak Rudi penasaran.

"Makanya, selalu dirikan shalat tepat pada waktunya", sahut Joena dengan enteng.

"Apa urusan dan hubungannya?" Potong Rudi sengit.

"Pasti ada, karena, selama ini aku mengamalkan Hizib Mahabbah yang harus dibaca pada tiap usai mendirikan shalat fardhu", jawab Joena dengan mantap.

"Hah..." kata Rudi sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Boleh aku merokok?" Tanya Rudi.

"Silahkan, asal jangan terlalu banyak", sahut Joena sambil mengingatkan. Keheningan kembali menyungkupi ruang tamu rumah Joena. Tak ada yang bersuara, semua tenggelam dalam angan-angannya masing-masing.

"Silahkan diminum dulu kopinya", ujar Joena memecah kesunyian.

Rudi hanya mengangguk sambil mengambil cangkir dan menghirup isinya, lalu dilanjutkan dengan menghisap rokoknya dalam-dalam. "Ternyata... ternyata..." demikian gumam Rudi.

"Bolehkan kalau aku turut mengamalkannya?" Tanya Rudi penuh harap.

"Dirikan shalat saja dulu dengan tertib karena Allah, bukan karena Hizib Mahabbah ini. Setelah merasa yakin bahwa yang akan dilakukan itu bukan beban melainkan tanggung jawab, maka, aku akan memberikan hizib itu kepadamu untuk diamalkan", sahut Joena mantap.

"Padahal, dua hari lagi aku harus berangkat ke Surabaya..." desak Rudi yang mulai menyadari kesalahannya betapa selama ini ia tidak selalu mendirikan shalat, kecuali Shalat Jumat.

"Allah maha mengetahui dan tidak pernah ada kata terlambat", kata Joena membesarkan hati temannya yang terlihat tampak menjadi lebih gelisah.

Singkat kata, Rudi pun mohon diri dan dua hari kemudian ia pun berangkat ke Surabaya untuk menduduki jabatannya yang baru. Dan pada bulan ketiga, pagi-pagi, Rudi datang ke Jakarta unutk memberikan laporan hasil kerjanya selama ini dan ketika makan siang, setelah habis shalat Dzuhur, ia sengaja mendekati Joena dan berbisik, "Nanti malam, aku mau datang ke rumahmu ya.."

Joena mengangguk kecil sambil melemparkan senyum. Malamnya, ketika Rudi datang dan menceritakan apa yang dilakukannya selama di Surabaya, Joena pun mengambil secarik kertas dan menulis:

HIZIB MAHABBAH

"Yuhibbunahum kahubbillaah, walladziina aamanuu asyaddu hubbal lillaah. Lau anfaqta ma fil ardhi jamii'am maa allafta baina quluubihim wa laakinnallaaha allafa bainahum innahu 'aziizun hakiim. Wa alqoitu 'alaika mahabbatam minnii walitushna'a 'ala 'ainii."

Tata caranya: lakukan puasa pada 13, 14 dan 15 (menurut penanggalan arab atau kalender Hijriyah), kemudian, wiridkan sebanyak 7x sesudah mendirikan shalat fardhu -- pantangannya adalah mabuk, zinah dan judi.

Selain membuat wajah bercahaya, disenangi banyak orang, mendapatkan derajat dunia, mempermudah datangnya jodoh dan kepangkatan bahkan mengharmoniskan rumah tangga", jawab Joena.
Joena kemudian menyerahkan kertas itu kepada Rudi. Dan tak lama kemudian terdengar suara Rudi: "Apa kegunaan Hizib Mahabbah ini?"

"Selain membuat wajah bercahaya, disenagni banyak orang, mendapatkan derajt dunia, mempermudah datangnya jodoh dan kepangkatan bahkan mengharmoniskan rumah tangga", jawab Joena.

"Kalau boleh tahu, dari mana Joena mendapatkannya?" Desak Rudi.

"Dari salah seorang hamba Allah yang biasa aku sebut Udin, dan punya nama lengkap Saepuddin", demikian kata Joena yang seolah enggan untuk membuka jati diri sosok misterius yang memberikan Hizib Mahabbah kepadanya.

Rudi yang mafhum hanya bisa tersenyum. Dia berjanji dalam hati, suatu saat, aku akan menemui sosok tersebut untuk menghaturkan terimakasih secara langsung kepadanya.

Setibanya di Surabaya, Rudi langsung memperhatikan kalender. Beruntung, tanggal 13, 14, 15 dalam Kalender Hijriyah terdapat di minggu yang akan datang. Rudi yang telah bertekad untuk menjadi yang terbaik langsung menguatkan niat dan tekadnya dan benar setelah menjalankan puasa dan mengamalkan Hizib Mahabbah dengan istiqomah dua bulan setelah itu, kantor pusat menyatakan bahwa hasil yang dicapai oleh Rudi di Jawa Timur benar-benar luar biasa. Selain berhasil meningkatkan penjualan hasil produksi dalam jumlah yang cukup mencengangkan, boleh dikata, nyaris tak ada satu pun distributor yang menunggak dalam pembayaran. Ketika hal itu ditanyakan oleh Joena, Rudi hanya menjawab: "Semua itu karena Allah semata, sedang Hizib Mahabah hanyalah suatu ikhtiar tiap manusia untuk meraih segala cita-citanya".



Ade. 2013. Majalah Misteri Edisi 555. Jakarta: Yayasan Sinar Berdiri Jaya.