DIGANGGU PENUNGGU KALI PANCER
Gambar oleh Sasin Tipchai dari Pixabay

Di Dusun Dlodo, Desa Panggungkalak, Kecamatan Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung ada air sungai yang mengalir deras sekali, dan oleh warga setempat dinamakan Kali Pancer. Air yang jernih ini untuk mengairi sawah. Sedangkan air di dekat sumber digunakan untuk mandi, istilah Jawa padusan. Tempat padusan tersebut namanya Kali Sang Bajul. Karena menurut cerita yang tersebar di sana sebelum digunakan untuk tempat padusan, di dalam gua dekat sumber tersebut ada bajul (buaya)-nya. Selain bajul yang nyata juga ada bajul yang tidak nyata. Bajul yang tidak nyata warnanya putih, oleh sebab itu dinamakan siluman bajul putih. Padusan ini terlihat unik dan bersih, dikelilingi tanaman khas hutan. Di dekat sumber untuk mandi orang dewasa, dan di sebelahnya lagi untuk mandi khusus gadis yang sudah menginjak remaja. Dan sebagai tanda kalau gadis itu sudah menginjak remaja, terlihat dari payudaranya yang mulai membesar. Di samping itu juga ada tempat untuk berenang. Apa lagi di sekitarnya juga ada taman hingga menambah keindahan. Berhubung airnya jernih, di dasar terlihat jelas sekali. Lebih-lebih siang hari waktu kena sinar matahari. Siapa saja bisa melihat dengan jelas payudara si gadis yang sedang menyelam.

Diganggu Penunggu Kali Pancer - Setiap hari libur, padusan tersebut jadi tempat tujuan khusus siapa saja yang ingin mandi, berenang atau melakukan ritual membesarkan payudara.

Yang berenang di padusan itu tidak hanya gadis-gadis di sekitar situ saja. Tapi juga ada yang dari Blitar, Kediri dan Trenggalek. Yang dari jauh biasanya diantar teman atau pacarnya. Apalagi menjelang tahun baru, tempat ini ramai dikunjungi. Sebab jadi tujuan siapa saja yang akan melakukan mandi suci sebelum mengarungi penghidupan di tahun yang baru.

Selain segar, kalau dicium baunya wangi, dan yang penting rasanya agak manis. Maka dari itu, pada zaman dahulu air dari sumber tersebut digunakan khusus untuk minum. Tentu saja dilengkapi dengan sesaji, walau hanya untuk pelengkap.

Biasanya kalau hari-hari begitu, banyak orang yang ikut-ikutan mengambil air untuk dibawa pulang. Sebab dipercaya, siapa saja yang minum air tersebut bakal ayem tentrem dan awet muda. Apalagi kalau hari Jum'at Legi di bulan Suro, pengunjung ramai sekali. Sebab hari itu semua warga Dusun Dlodo melaksanakan suran dengan menyembelih kambing kendit di dekat Kali Pancer. Tahun ini menyembelih sapi.

Mengapa di sekitar kali Pancer? Menurut cerita yang tersebar di Kali Pancer itu airnya mengalir ke laut. Selain itu, kali (sungai) tersebut juga untuk tapal batas antara desa Panggungkalak dan Desa Rejosari, Kecamatan Kali Dawir, Kabupaten Tulungagung. Karena tapal batasnya kali, tapal batas tersebut juga bisa pindah.

Pindahnya tapal batas tersebut karena pindah sendiri, bukan dipindah orang atau dipindahkan bangsa halus. Padahal seharusnya yang memindahkan itu alam, bukan orang atau bangsa halus. Kalau yang memindahkan tapal batas itu bangsa halus tidak sampai menimbulkan masalah. Sebab, kalau sudah diberi sesaji panggang ayam, lada nasi gurih dan dibakarkan kemenyan langsung kembali ke tempat semula. Tidak seperti kejadian pada hari Jum'at Wage tanggal 19 Agustus 2011 yang lalu. Selain menyebabkan masalah juga mendatangkan musibah.

Kenapa bisa begitu? Sebab, yang memindahkan tapal batas watu itu bangsanya 'gandrong' yang ingin melebarkan wilayah pengedukan pasir hitam (pasir biji besi). Padahal kalau ada apa-apa yang menanggung ya warga Desa Panggungkalak, khususnya warga kebun yang tinggal di Perkebunan Dlodo. Selanjutnya kalau pasir hitam yang diambil, yang susah ya masyarakat kebun.

"Kalau ada ngamuknya alam laut yang jadi korban ya warga kebun", kata Achmad Gozali, salah seorang warga kebun.

Berhubung wilayahnya dimangsa 'gandrong' warga desa Panggungkalak terus demo, membuat truk-truk yang akan mengangkut pasir hitam langsung pulang karena diusir.

Sebenarnya sebelum warga Desa Panggungkalak demo, sudah ada firasat kalau alam akan berontak dengan menarik tiga diesel dibawa ke tengah lautan. Padahal sebelum proyek penambangan pasir dimulai, sudah selamatan dahulu. Tapi ya itu karena gara-gara memindah tapal batas, yang menunggu Kali Pancer terus mengamuk. Tidak hanya menarik diesel-diesel, tapi juga telah meminta korban jiwa tiga orang. Oleh sebab itu, aktivias penambangan pasir hitam dihentikan sementara.



Dayak, Budiono. 2012. Majalah Misteri Edisi 527. Jakarta: Yayasan Sinar Berdiri Jaya.