BONEKA KAYU KUNO PEMBAWA PETAKA
Gambar oleh Alex Yomare dari Pixabay

Penemuan benda antik atau barang kuno yang mengandung nilai sejarah, sering dialami oleh banyak orang di tengah-tengah masyarakat kita. Biasanya mereka tak sengaja menemukan benda-benda itu. Misalnya saja terjadi saat menggali lubang sumur, atau mencangkul tanah pertanian.

Boneka Kayu Kuno Pembawa Petaka - Dari sejumlah kasus penemuan benda antik yang terjadi di berbagai daerah, sebagian besar bisa diklasifikasikan merupakan benda peninggalan kerajaan masa lampau. Selebihnya bisa merupakan benda-benda peninggalan sisa perang dunia.

Selain benda-benda bersejarah, dalam kasus penemuan barang antik ternyata ada pula berupa benda-benda yang tergolong bertuah, atau mengandung daya magis tertentu. Benda-benda dimaksud misalkan saja berupa keris, tombak, panah, dan senjata para pendekar sakti di masa lampau. Kalau diklasifikasikan, maka benda seperti ini bisa digolongkan sebagai benda keramat, karena memang meiliki daya magis atau aura gaib. Jika tidak hati-hati terhadap benda seperti ini, maka besar kemungkinan bisa menimbulkan bencana atau petaka bagi orang yang tidak sengaja menemukannya.

Setidaknya, begitulah yang menimpa Bardi. Pengalaman yang telah menimpa sumber Kami ini mungkin bisa dijadikan sebagai pelajaran bagi kita semua.

Apa yang sebenarnya terjadi pada Bardi? Berikut kisahnya yang dituturkan kepada Kami beberapa waktu lalu.

Tidak seperti biasanya, malam itu Bardi tidak dapat tidur. Dia sulit memejamkan matanya. Entah kenapa, dia tidak merasakan kantuk sama sekali. Bahkan dia merasakan udara di sekitarnya menjadi lebih panas dari biasanya. Sementara dilihatnya isteri dan puteri bungsunya yang masih balita lelap di sampingnya. Mereka tidur dengan nyenyak.

"Kenapa aku tidak bisa tidur?" Batin Bardi, gundah sendirian. Dia berbaring termangu sambil memandang langit-langit kamar. Saat itulah tiba-tiba dia teringat dengan benda aneh yang ditemukannya siang tadi saat menggali lubang di belakang rumah.

Benda itu persisnya mirip sebuah boneka kayu, dengan wujud lelaki dewasa yang panjangnya hanya sekitar tiga puluh sentimeter. Warnanya yang hitam karena sudah membatu menimbulkan ketertarikan pada diri Bardi. Dia yakin boneka ini bukan boneka biasa. Mungkin boneka ini dibuat dari masa lampau karena modelnya tidak seperti boneka di masa sekarang.

Karena ketertarikannya, Bardi lalu membungkus benda itu dalam sebuah kain, untuk kemudian menyimpannya di bawah kasur. Dia berniat menjual benda itu di pasar barang antik. Dia yakin, boneka itu merupakan peninggalan bersejarah yang memiliki nilai jual sangat tinggi. Setidaknya, dia pernah mendengar berita tentang penemuan benda kuno yang tertimbun tanah dan ternyata berharga sangat mahal. Terbayang dalam benak Bardi, benda itu akan memberikan uang cukup banyak bagi dirinya.

Bardi tersenyum-senyum sendiri. Tiba-tiba lamunannya dikejutkan oleh suara berdebum yang sepertinya berasal dari luar kamar. Bardi mengira itu ulah kucing yang suka mencuri sisa makanan di atas meja. Bardi lalu memiringkan tubuhnya dan mencoba memejamkan mata.

Namun kembali telinganya mendengar suara berdebum seperti tadi. Bahkan ketika didiamkan, suara itu kemudian berubah seperti suara langkah diseret dengan sangat berat. Bardi berseru memanggil nama puterinya, karena mengira itu suara langkah anaknya yang besar, yang mungkin saja bangun karena ingin mengambil air minum.

"Ratna, kamukah itu?"

Tapi tak ada sahutan. Bardi jadi tercekam, "Jangan-jangan ada maling memasuki rumahku!" Batinnya menduga-duga.

Dengan jantung berdebar-debar, Bardi turun dari pembaringannya. Tak lupa diraihnya golok yang tergeletak di sudut kamar.

Dia mencoba mengintip lewat celah pintu, tapi anehnya di ruang tengah tidak terlihat ada siapa-siapa. Bardi memberanikan diri keluar dari kamarnya. Ditengoknya pintu depan. Ternyata masih tertutup rapat. Jendela-jendela juga masih tertutup oleh tirai.

Lalu, dia menengok sebentar ke kamar anak-anaknya, mereka masih tertidur. Dia lalu melangkah menuju ruang belakang. Mungkin saja orang itu berada di ruang belakang, tapi tidak ada siapa-siapa di sana.

Bardi semakin heran. Dia pun berniat kembali lagi ke kamarnya. Namun ketika akan melewati ruang tengah, tiba-tiba di hadapannya berdiri sesosok manusia tinggi besar, berambut panjang, mata merah menyala, dengan taring yang menonjol keluar. Bardi langsung pingsan karena begitu terkejut melihat penampakan yang amat menyeramkan ini.

Entah berapa lama dia tak sadarkan diri. Yang pasti, suara adzan Subuh membangunkan Bardi dari pingsannya. Dengan perasaan ketakutan yang bukan main, bergegas dia masuk kamar dan membangunkan istrinya. Karena ketakutan yang teramat sangat, dia segera meringkuk di atas ranjang dan menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut.

Istrinya yang baru terjaga jadi heran melihat tingkah suaminya. Dia bertanya apa yang terjadi. Tapi Bardi diam seribu bahasa. Dia memutuskan tidak akan menceritakan apa yang terjadi semalam. Rupanya dia khawatir istrinya nanti ikut-ikutan takut dan panik.

Siang harinya, Bardi baru mau menceritakan kejadian menyeramkan tersebut pada Ratno, salah seorang rekannya di tempat kerja.

"Mungkin makhluk yang kau lihat itu namanya Genderuwo, Bar!" Ujar Ratno, rekannya, menyimpulkan.

"Genderuwo?"

"Ya, yang namanya Genderuwo kata orang wujudnya memang seperti itu. Tinggi besar, berambut panjang, dan mata merah menyala. Seperti buto dalam pewayangan!"

"Tapi, bagaimana mungkin ada genderuwo di dalam rumahku? padahal sudah bertahun-tahun kami tinggal di rumah itu dan tidak pernah ada kejadian aneh seperti ini. Apalagi keluargaku juga termasuk taat beribadah. Isteri dan anak-anakku rajin sholat di rumah".

"Ya, aku sendiri juga heran. Setahuku, rumah-rumah yang suka didatangi makhluk halus adalah rumah-rumah kosong dan tua atau rumah yang jarang ditempati penghuninya!"

Bardi manggut-manggut sambil berharap, "Mudah-mudahan kejadian ini tak terulang. Untung aku yang ditemui makhluk menyeramkan itu. Coba kalau istri atau anak-anakku. Wah, mereka bisa shock dan ketakutan setengah mati!"

"Sebaiknya kalian lebih meningkatkan ibadah kepada Allah, biar tidak diganggu oleh makhluk halus!" saran Ratno.

Di hari yang lain, tanpa merasa curiga walau sedikitpun, Bardi malah coba menawarkan boneka antik temuannya ke pasar barang antik. Dia menemui beberapa pedagang barang antik. Bahkan, untuk membuktikan apakah benda yang ditemukannya itu tergolong benda kuno atau antik, dilakukan tes oleh yang ahli.

Ternyata benda itu tergolong benda antik yang berusia ratusan tahun. Namun sayangnya, tak ada pedagang dan makelar yang bersedia membelinya.

Seorang pedagang keturunan Cina bernama Co Min malah berkata, "Benda ini memang kuno dan antik, tapi nilai sejarahnya tidak terlalu menonjol. Apa nilai uniknya sebuah boneka kayu? Kalau benda itu berupa mangkok, guci, koin, logam mulia, atau arca, saya berani beli dengan harga mahal. Tapi kalau boneka ini, saya tidak berani. Lagi pula..." Pedagang itu tidak meneruskan ucapannya.

"Lagi pula kenapa, Koh? Tanya Bardi, penasaran.

"Ah, saya tak berani mengatakannya. Yang jelas boneka itu tidak ada manfaatnya. Lebih baik dibuang saja!"

Bardi tersenyum kecut. Dengan masygul akhirnya dia membawa pulang benda temuannya itu. Namun dia tidak mau membuangnya, karena merasa sayang. Kalau memang tidak laku dijual, apa boleh buat. Mungkun disimpan saja di rumah, sebab lain waktu siapa tahu ada yang berminat. Demikian pikirnya.

Siang itu, ketika pulang dari tempat kerja, Bardi disambut istrinya dengan wajah cemas. Sambil menggendong bayinya yang menangis keras, wanita itu berkata, "Badan Nina panas, Pak! Dari tadi dia menangis terus. Bagaimana ini?"

"Ya, dibawa ke dokter saja, Ma!" sahut Bardi. Tanpa banyak kata, Bardi dan istrinya membawa Nina ke dokter terdekat. Saat diperiksa oleh dokter, anak itu diam saja. Padahal saat di rumah menangis keras dan meronta-ronta terus seperti kesakitan.

"Anak Bapak tidak apa-apa. Dia tidak sakit. Mungkin dia hanya kegerahan atau alergi pada sesuatu sehingga menangis", kata dokter.

"Tapi badannya tadi panas sekali, Dok!" ujar istri Bardi.

"Yaah, mungkin itu terbawa oleh tangisnya. Bayi yang menangis terkadang memang terasa hangat tubuhnya. Bapak dan ibu tidak usah khawatir. Nanti kalau menangis lagi, diperiksa pada ketiak atau duburnya, kalau terasa panas sekali bawa kembali ke sini".

Bardi dan istrinya membawa pulang bayinya ke rumah. Sesampai di rumah, bayi itu menangis lagi. Ibunya sudah mencoba menangkannya, tapi si bayi tidak juga berhenti menangis. Bardi dan istrinya jadi kebingungan. Bahkan, tangisan anak itu sampai mengundang perhatian para tetangga.

Mereka menanyakan apa yang terjadi. Ketika Bardi menceritakan keanehan yang terjadi pada anak mereka, ada tetangga yang langsung nyeletuk.

"Wah, jangan-jangan anak Bapak kena sawan. Dia terkena gangguan makhluk halus. Lebih baik dibawa ke dukun bayi biar dikasih sembur atau jampi-jampi!"

Bardi tadinya tidak begitu percaya kalau anaknya kesambet. Tapi karena hal demikian sudah biasa terjadi pada anak-anak lain, akhirnya dia membawa bayinya ke dukun bayi setempat. Setelah dipijat dan diberi semburan, akhirnya bayi Bardi tenang kembali.
'
Ketika dibawa ke rumah, dia tidak rewel lagi. Perasaan Bardi dan istrinya menjadi tenang dan lega. Namun kejadian yang menimpa anak bungsu mereka ternyata bukan akhir dari tragedi yang mereka alami.

Malam harinya salah seorang anak Bardi yang sedang belajar sendirian di kamarnya menjerit-jerit histeris. Bardi dan istrinya langsung menghambur menghampirinya. Anak laki-laki yang masih berusia sepuuh tahun itu tampak menggigil ketakutan dengan wajah pucat pasi. Keringat membanjir di keningnya.

"Takut, Pak! Aku takut. Ada hantu di sana!" Ujar anak itu sambil menuding ke sudut kamar.

Tapi Bardi dan istrinya tidak melihat apa-apa. Saat inilah Bardi jadi teringat dengan kejadian beberapa malam lalu saat dia di datangi makhluk menyeramkan itu. "Jangan-jangan anakku telah diganggu oleh genderuwo itu", pikir Bardi sambil coba menenangkan anaknya.

Dia dan istrinya lalu membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an untuk meyakinkan anaknya agar tidak ketakutan. Tapi anak-anak terlanjur ketakutan dan tidak mau tidur di kamar mereka.

Malam itu, Bardi dan istrinya terpaksa menemani anak-anaknya tidur. Dan hingga menjelang pagi tidak ada lagi gangguan berarti. Baru pagi harinya gangguan itu kembali datang.

Kali ini menimpa putri sulung Bardi yang sudah remaja. Tiba-tiba saja Ratna kejang-kejang dan menjerit-jerit seperti kerasukan setan. Bardi dan istrinya menjadi panik bukan main.

"Jangan ganggu aku! Jangan ganggu akuuu...! Biarkan aku tetap di sini! Pergi kalian semua dari sini!" demikian teriakan gadis remaja itu, namun dengan suara yang terdengar berat dan dalam.

"Ya Allah! Kenapa anak saya jadi begini? Apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa anak saya bisa kesurupan?" ujar istri Bardi sambil menangis sedih.

Para tetangga yang mendengar suara gaduh di rumah Bardi segera berdatangan. Mereka mencoba membantu Bardi untuk membebaskan puterinya dari kesurupan. Di antara mereka ada yang membacakan ayat suci AL-QUr'an dan mengucapkan kalimat takbir serta dzikir. Namun Ratna belum juga terbebas dari kesurupannya. Bahkan dia semakin keras menjerit.

Melihat kenyataan tersebut, salah seorang tetangga lalu berinisiatif untuk memanggil Ustadz Solahuddin yang terkenal berilmu tinggi.

Begitulah. Akhirnya Ustadz Solahudin datang ke rumah Bardi. Setelah dilakukan ruqyah oleh sang ustadz, jin yang merasuki Ratna bisa dikeluarkan.

Bardi dan keluarganya merasa lega bukan main. Mereka bersyukur karena putri mereka telah tertolong. Pak Ustadz yang menyelamatkan Ratna lalu mengajak Bardi bicara empat mata. Dengan nada hati-hati Pak Ustadz bertanya pada Bardi, "Maaf, Pak Bardi, Kalau boleh saya tahu, apa yang telah dilakukan oleh Bapak atau keluarga Bapak sehingga jin itu sampai merasuki jiwa anak Bapak? Biasanya makhluk jin tidak akan mengganggu bila ia tidak diusik atau diganggu lebih dulu".

Bardi tertegun mendengar pertanyaan Pak Ustadz. Sejenak dia mengingat-ingat apa yang telah dilakukannya. Tapi sepengetahuannya, dia dan keluarganya tidak pernah melakukan hal-hal maksiat atau yang bertentangan dengan agama.

"Cobalah Pak Bardi ingat-ingat lagi!" Desak Ustadz Solahuddin.

Tibat-tiba Bardi teringat dengan boneka kayu antik yang ditemukannya. Mungkin saja ini ada hubungannya. Dia lalu menunjukkan benda itu pada Pak Ustadz. Laki-laki paruh baya yang berwajah arif itu tampak tercekat. 

"Naudzubillahiminzalik! Tahukah Bapak, benda ini merupakan peralatan yang pernah dipergunakan para dukun sesat pada masa dahulu. Biasanya untuk menyantet atau mengirim ilmu hitam. Kemungkinan jin yang mengganggu keluarga Bapak berdiam di boneka ini. Sebaiknya kita buang saja atau kita musnahkan benda ini!" Ujar Pak Ustadz.

Bardi menyerahkan sepenuhnya pada Pak Ustadz.

Begitulah, setelah boneka kayu antik itu dibuang dan dimusnahkan, tak ada lagi gangguan yang dialami keluarga Bardi. Mereka hidup tenang. Mereka juga lebih tekun beribadah agar tidak mudah lagi diganggu oleh makhluk jin atau setan.



Hartono, Eko. 2006. Majalah Misteri Edisi 408. Jakarta: Yayasan Sinar Berdiri Jaya.